Sabtu, 31 Januari 2009

PREDEN RI SBY DI SAMBUT DENGAN DEMO

Sebuah Kisah Dalam Kolom Kecil

27 Januari 2009, terlihat sekumpulan orang nampak tengah melepas baju di jalan tepatnya di ITN Malang salah satu perguruan tinggi. Beberapa spanduk dan poster bertuliskan “cabut pengesahan UU BHP” mereka pengang. Segerombolan yang bernamakan aliansi Anak Gempur, mereka tengah malakukan aksi penolakn terhadap UU BHP (Badan Hukum Pendidikan). Menurut pandangan merekajika UU BHP tetap dilaksanankan dan diberlakukan akan semakin membuat kesenjangan dalam dunia pendidikan.
Beberapa polisi berderet menghalau mereka. Ada dua anjing yang juga disiagakan pada waktu itu. Polisi yang berderet mereka saling memegang sabuk tampar. Sabuk tampar itu mereka pengang eret-erat. “pak izinkan kami menemui bapak Presiden yang terhormat, kami juga rakyat yang memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi, maka jangan halangi kami” namun betapun permohonan mereka tetap tidak dikabulkan.
Pada hari itu serangkaian aksi digelar, karna pada hari itu juga Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono (SBY) tengah melakukan kunjungan kemalang. Serangkaian kunjungan diantaranya akan ke UB (Universitas brawijaya) Malang, dan Universitas Isalam Negri (UIN) Malang. Dari pukul 09 -11.30 kunjunagn Presiden berlangsung di UB. Pukul 12.30-16.00 SBY akan menuju ke UIN.
Serangkaian aksi disebar di beberapa titik diantanya di JL. Jembatan Sukarno Hatta, dan ITN, di ITN sendiri dibagi menjadi beberapa titik depan pom bensin dan depan masjid samping ITN. Aksi dilakukan berkisar dari pukul 08-12.15. serangkaian aksi itu dilakukan sebagai pernyataan sikap, menolak terhadap UU BHP.
Pukul 09.00 kumpulan mahasiswa yang menamakan diri anak gempur kemabali merangsek menerobos pertahan kepolisian. Namun apa yang dilakukan mereka gagal, kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan kepolisian. Aksi yang menamakn diri anak gempur terdiri dari berbagai perguruan tinggi UB, UIN dan ITN sendiri, gempur merupakan gerakan yang dikomandoi oleh GMNI (gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Dari awal dimuainya aksi GEMPUR/GMNI mendapat pengawalanketan dari pihak kepolisian.
Sekitar tiga-empat jam aksi dilakukan tepat di depan kampus ITN. Pukul 11.15 anak GEMPUR menarik mundur pasukan mereka. Meraka menyadari bahwa mereka tidak mungkin bisa menerobos pertahanan kepolisian yang berlapis-lapis. “ayo mundur, tapi ingat pak kami mundur bukan berarti menyerah, sampai darah penghabisan kami akan tetap memperjuangkan aspirasi masyarak indonisia yang didhelimi oleh para pemimpinnya. Kami akan datang dengan masa yang lebih besar dari sekarang, ingat itu pak”.
Sementara di depan pom bensin sendiri anak HMI juga menggelar aksi yang sama, namun mereka tidak mendapat pengawalan ketat diri kepolisian, mereja hanya dijaga oleh 5-6 polisi. Mereka juga menuntut agar pengeahan UU BHP di cabut, karna hanya akan semakin membuat masyarakat terbebani dengan kebijakan BHP tersebut. Menurut mereka UU BHP menyalahi UU dan Konstitusi negara, dimana negara menjamin dan mencerdaskan bangsanya. Sementara BHP sendiri pemerintah lepas tangan membiarakan pengelolaan kepada lempa/ perguruan tinggi yang bersangkutan.

CERITA YANG TERTUNDA

Kisah Singkat Kunjungan SBY di UIN & UB Malang

Pagi itu udara berhembus perlahan, para pejalam kaki sibuk merepaikan pakaian dan rambutnya yang terurai disibak angin. Seorang anak usia SD dengan baju lusuh berjalan menyelusuri keramaian kendaraan. Dia tak sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Dia harus menghidupi diri dan ibunya, dengan meminta-minta di jalan. Tangan kanannya nampak memegang bekas bungkus permen RELAXA. Wajahnya terlihat penuh dengan kotoran hitam. Rambutnya acak tak teratur. Dia selalau mandahkan tangan pada tiap orang yang dijumpainya sepanjang jalan. Orang yang mereasa hiba melihat kondisinya memberikan satu receh (seratus rupiah), ada juga yang acuh, sama sekali tidak menghiraukan keberadaannya. Ya itu adalah potret dari anak negri ini, sekaligus cerminan dari perilaku pemimpin bangsanya. Sementara matahari di ufuk timur masih enggan menyapa mahluknya, biasanya pukul, 07.00 matahri telah jelas menebar sinar keseantero jagat raya, tapi tidak untuk pagi ini, mendung menutupinya, sisa kabut masih terlihat membasahi rumput di jalan.
“kenapa adik mengemis”
“buat makan”
Anak itu menjawab dengan singkat tapi menuh dengan untaian makna. Buat makan, ya demi sesuap nasi dia merelakan harga diri, membuang masa kanak-kanak yang indah. Tak seharusnya seusianya bergelut dengan nasip seperti itu.
“Kenapa adik tidak sekolah”
“tidak punya biaya”
Ya…… Tuhaaaan, kenapa aku tanya itu, sudah jelas di depan mata kepala aku sendiri, dia terpontang panting mngais rezeki hanya untuk makan. Tentu untuk sekolah ia tak punya uang. Lalu bagaimanan nasip dan masa depan anak ini, bukankah pemerintah telah mencanangkan pendidikan gratis, tapi mengapa anak ini harus terlantar di jalanan hanya karna sesuap nasi. Tidak ada yang salah dengan sistem pemerintahan negri ini. Anak ini adalah korban dari keculasanmereka.
Untung mereka hidup di Malang, mereka masih bisa mengais rezeki dari pejalan kaki dsbg. Coba saja anak ini ada di Jogya, mungkin dia akan ditangkap karna telah melanggar UU tentang ketertiban umum. Ya orang miskin semakain tidak memiliki ruang akses yang nyaman, lantaran aparuturnya selalu memihak pada kaum pemudal.
Aku hanya menatap dalam-dalam wajah anak itu. Dia juga menatapku. Dari air mukanya seakan dia berbicara panjang tentang nasip yang ia jalani.
“Ini Adik duduk dulu disi” aku mengajak dia duduk. Kemudian aku membelikan sebungkus nasi yang kebetulan melintas di depan aku. Anak itu duduk di trotoar jalan samping kanan. Di tembok terdapt sebuah tulisan, “Kawasan Bebas PKL” ini adalah deretan sejarah kelam orang yang tak mampu. PKL (Pedagang Kaki Lima) dengan modal yang amat kecil, mereka mencoba mengais hidup di pinggir jalan, akan tetapi mereka juga pada akhirnya menyerah pada kebijakan peneribntah, dengan adanya pelaranagn tersebut.
Orang-orang miskin semakin terbuang, mereka tidak diakui oleh bangsanya sendiri, jangankan pengakuan diberikan kesempatan memanjangkan hidup pun tak ada padanya. Lain dengan orang-orang yang telah mapan mereka dihormati mereka disediakan tempat strategis, semntara orang miskin hanya bisa menatap lata terhadap apa yang mereaka hadapi dan rasakan.
Sementara anak di samping tengah asyik melahap makanan, yang barusan aku beli dari penjajah makanan. Anak ini begitu bersemangatnya makan, aku hanya memperhatikan penuh iba. Aku merasa bangga bisa membelikan makan. Tak terasa air mata tak bisa kubendung. Dengan segera aku hapus, kebetulan saat itu aku membawa Tisu, emang aku tidak terbiasa membawa barang semacam ini. Oh iya aku lupa dak membeli air minum.
“entar dulu adik jangan kemanan-mana tunggu di sini dulu” kemudian aku meninggalkan anak itu untuk sementara, hari itu sungguh membawa kesan yang berarti bagi aku, entah karna apa. Sebentar kemudian aku kembali dengan membawa air.
“kakak baik sekali” kata-katanya begitu tulus menyentuh hati. Tuhan kenapa anak seuisianya harus menanggung nasip seperti ini. Andai saja aku diberi kemampuan lebih aku akan menmpung anak-anak terlantar seprti ini. Tapi aku sendiri juga, masih bergelut dengn segala bebn yang tak juga aku bisa sampai saat ini. Tapi aku merasa bahagia melihat cara dia makan dan segala ketulusannya. Tidak seperti para elit politik yang hanya bisa bisa memoles kata dan janji-janji palsu.
“adik tau siapa presiden indonisia saat ini”
“….ya iyalah… lah kak”
“….Siapa”
“….Bapak Susilo Bambang Yudoyono”
“….Wakilnya”
“….Yjusuf Kalla”
Dengan antusiame dan penuh bangga anak itu menjawap pertanyaan yang aku berikan. Dia sangat mengenal orang nomor satu negri ini. Bahkan saat aku tanya ciri-cirinya pun dia begitu detail memaparkannya. Dengan logat yang khas kekanak-kanakan dia menyebut SBY denagn kepanjangannya tidak dengan panggilan yang kerap diberikan oleh banyak orang dan media dengan menyebut SBY. Begipula saat aku tanya wakilnya. Mungkinkah orang yang dia sebut rasa bangga akan bangga melihatnya, atau malah sebaliknya
Orang kecil (miskin) tidak pernah sedikit pun, untuyktidak mengakui kebesaran para pemimpinannya. Tapi mengapa mereka sering dikesampingkan bahkan terkesan dimarjinalkan. Mereka tidak pernah mendapat akses yang sama, meraka tidak pernah memperoleh keadilan lantaran kemiskinannya.
Pengakuan orang miskin tidak pernah mendapat hati di hati para pemimpinnya. Mungkin meraka atau sekedar berpura-pura lupa, saat mereka belum menjadi pemimpin negri ini, mereka berdalih untuk mengubah nasip mereka lebih baik dari apa yang mereka jalani saat itu. Tapi kenyataannya kini mereka hanya bisa berharap tanpa balas. Kehidupan mendesak danterus menyeret mereka pada keterpurukan. Mereka menjadi korban permaianan pemimpinnya.
Pak SBY itukah potret pemimpin kita.
Mengombal janji dan mengbaikannya
Kenapa harus rakyat kecil yang menjadi tumbal
Tidakkah cukup penderitan yang mereka alami
Mengapa juga mereka harus terusir dari negrinya sendiri
Lantas sebenarnya kesejahteraan apa pada siapa
Kenapa merak tetap berbalur dengan nasip yang tak terperi.
Kenapa mendung pagi ini, belum juga tersingkap, apakah ini merupakan sebuah amsal dari para pemimpin negri ini yang selamanya tidak akan bisa memberikan pencerahan pada mereaka yang miskin. Kehidupan dan penataan kota hanya untuk menyingkirkan orang kecil, alngkah ironi ini dilakukan oleh para pemimpin yang dulu mengumbarjanji kesejahteran pada rakyatnya, tapi apa yang terjadi. Kesejahteraan tidak pernah tercapai penderitn justru seminkin jelas.
Udara yang dulu bersih kini telah ternoda oleh polusi, yang menanggung rakyat keci

FENOMENA POLITIK KAMPUS

Sebuah Refleksi Politik Kampus,
di Kampus Universitas Isalam Negri (UIN) Malang

Pertengahan 2007 saya baru menginjakkan kaki di malang tepatnya Universitas Isalam Negeri (UIN) Malang. Sebelumnya saya buta sama sekali tentang UIN. Bagaiman sejarahnya pun saya tidak tahu, maklum saya hanya seorang anak kampung, yang kebetulan mendapat keberuntungan dari Tuhan, oleh sebab itu saya bisa menegnyam pendidikan di perguruan tinggi di UIN sampai saat sekarang. Kalau ada yang menayakan kenapa saya memilih masuk ke UIN saya tidak bisa menjawab hal itu, itu semua karana ketidak tauan saya tentang perguruan tinggi. Yang ada dalam benak saya saat itu, ”...... yang penting saya bisa kuliah”.
Perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit saya pun tahu tentang kehidupan kampus, itu pun saya ketahui dari teman-teman yang sekamar waktu di asrama Ma’had Al-ali. Mungkin terlalu dini bagi seorang yang masih mengijak dua tahun di kampus, mengomentari hal-hal yang sangat krusia semisal perpolitikan di kampus. Tapi saya coba untuk menepis semua hal yang berbau keraguan itu. Saya akan membicarakan fakta yang saya rasakan dan lihat oleh mata kepala saya.
Bagi saya UIN adalah negara dalam sekala kecil. Dalam sebuah negara tentu ada kepala negara sebagai pemegang kendali, pemengang kendali itu adalag Rektor. Rektor kita gambarkan sebagai kepala negara (peresiden) UIN diwakili oleh Imam (Imam Supra Yogo) Sementara dosen beserta staf yang lain kita gambarkan sebagai MPR/DPR, mahasiswa adalah warganya. Mungin ada yang kurang spendapat dengan penggabaran ini. Tapi tida mengapa sebagai masayarakat yang mengedepan demokrasi saya kira sah-sah saja berbeda pendapat atau presepsi.
Membahas politik kampus tentu tidak bisa lepas dari trenseter atau top leder (Rekto)-nya Imam. Ia adalah cerminan dari setiap sisi yang ada dan berkembang di kampus. Pereturan, dan kebijakannya merupakan karakter yang wakili secara keseluruhan. Ia adalah politik yang ulung. Dia juga dikenal sebagi seoran pelobi yang lihai. Hal itu ia buktikan dengan keberhasilnya dalam memperoleh suntikan dana dari luar IDB Institut Devlopment Bank Sudan.
Popularitas STAIN (sakarng UIN) sempat menjadi perhatian banyak orang. Hal itu dikarnakan keberanian Imam pada kepeminpinan melakukan banyak perombakan, seperti berubahnya nama dan lambang STAIN beberapakali, STAIN pernah menjadi UIIS (Universitas Islam Indonesia Sudan), karana menurut peraturan mentri pendidikan lembaga pendidikan tidak boleh menyandang nama dua negara kemudian dirubah kembali-hingga sekrang menjadi UIN.
Seperti keterangan yang sering ia sampaikan diberbagai podium, bahwa langkah itu ia ambil, adalah sebuah langkah potik untuk menjadi Universitas, dan hal itu ia buktikan dengan keberhasilannya sekarang dari STAIN-UIN. Dalam keterangan yang sama dia mengatakan bahwa untuk menjadi UIN tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada banyak persyaratan, minimal terdiri dari enam Fakultas. Untuk memenuhi prasyat itu ia melakukan beberapa gemrakan dengan membuka beberapa fakultas dan jurusan baru. Tentu langkah itu adalah sebuah keberanian yang sangat, hal itu dapat dilihat dari kapasitas dosen pengajarnya yang minin, saat itu. Tetapi hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk mencapai apa yang ia cita-citakan ya itu memiliki Universitas. Untuk mendukung upaya yang ia cita-citakan dia juga memberikan biasiswa kepada para dosen untuk melanjutkan studi ke S3. Tentu upaya yang dilakukan oleh Imam disambut baik oleh para dosen.
Bergantinya status menjadi Universitas melahirkan sebuah jargon yang sangat akrab dikalangan mahasiswa, salah jargon yang menjadi tinta emas dan sekaligus selokan tersohor ”....mencetak ulamak yang intelek, intelek ualam Ulul Al-bab”. Kretiria-keriteria Ulul Al-bab sendiri digambarkan dalam bentuk pohon (Pohon Ulul Al-bab) pohon Ulul Al-bab yang terdiri dari beberapa unsur (Baca : Panduan Akademik 2007 ).

DOSA TURUNAN
Kalau Imam mampu mempertahankan kursi kedudukannya sebagai rektor hingga tiga priode kepemimpinan, hal itu merupakan sebuah keunikan dan sekaligus langkahnya yang cukup fenomenal dalam jagad kepemimpinan era reformasi saat ini. Pepatah bilang ”buah pohohon tidak jatuh jauh dari pohon itu sendiriu” pepatah itu kiranya cukup untuk menjadi interpretasi terhadap fenomena politik di kampus. Akhir Desember 2008 majelis tertinggi Universitas Islam (UIN) Malang mengadakan kongres istimewa. Kongres tersebut diadakan dalam rangka LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) terhadap MPM (Majelis Permusyawaran Mahasiswa) selaku majelis tertinggi di kampus di UIN.
Acara serupa (Kongres Istimewa) juga pernah digelar oleh MPM pada tanggal 4-6 Juni 2008, pada saat itu acara dilaksanakan di Pasca Sarjana, acara sempat pindah ke Audutorium SAINTEK tepatnya lantai V, acara itu dipindah karana pada hari kedua saat itu ruang pasca akan dipakai oleh anak HMI untuk melaksanakan semenar, sebenarnya tempat itu merupakan kewenanagn MPM, namon setelah melakukan negoisasi antara ketua MPM dan ketua panitia pelaksanan akhirnya acara MPM satu hari saat itu dipindah ke Aula SAINTEK.
Pada pelaksanaan kongres yang pertama September 2008, terjadi pedebatan hebat antara pihak eksekutif dan legeslatif, pada inti persoalan pihak eksekutif tidak siap melakukan LPJ, karna tenggang waktu yang diberikan terlalu singkat. BEM-F dan HMJ juga tidak menyetorkan LPJ, padahal jau sebelumnya panitia Kongres Istimewa talah memberikan informasi tentang semua yang harus dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang ada dibawah MPM ya itu mereka harus melakukan LPJ. Saat HMJ, dan BEM-F dihubungi oleh panitia melalui hanphon saat itu mereka menyatakan kesiapannya, dua hari sebelum pelaksanaan, BEM Universitas melakukan pemboikotan yang intinya HMJ dan BEM-F tidak boleh menyetorkan LPJ.
Tentu pemboikotan yang langsung dimonitori oleh BEM-U mendapat respon dari dua lembaga HMJ dan BEM-F. Karna penyetoran LPJ tidak juga ada pada saat Kongres dilaksanakan, terjadi perdebatan antara fraksi dimana pada waktu itu ada dua fraksi yang dinyatakan syah mengikuti persidangan, ya itu fraksi F-PKDM dan Fraksi Golongan. Menurut mereka kongres tidak dapat dilaksanankan apabila LPJ dari BEM dan HMJ belum ada. Setelah melalui perdebatan yang cukup lama akhirnnya forum menyepakatai ”kongres istimewa, menjadi sidang istimewa” bergantinya nama yang sebelumnya kongres istimewa menjadi sidang isemewa, maka agenda acar pun secara kontan berubah juga, yang semula ada pembacaan LPJ, maka saat peruhan ditiadakan.

POTRET KEPEMINPINAN DI TINGKATAN BEM-U, BEM-F, HMJ DAN OMIK
Terganjalnya pelaksanaan kongres pertama menjadi sidang istimewa sempat menjadi kekhawatiran di kalangan Organisai Intra Kampu (OMIK), mereka khawatir dengan mekanisme pendanaan. Pihak rektorat sendiri tidak bisa mengeluarkan dana kepada mahsiswa lantaran kepemimpinan di BEM-U masih belum ada penggantinya.
Ketidak siapan LPJ BEM-U...... ada beberapa prespektif diantara karna waktu yang diberikn terlampau singkat, persiapan kepeniatian opak tidak memungkinkan diberikan kepada kepemimpinan yang baru, karna dikhawatirkan akan banyak menguras tenaga dan persiapan yang matang dsbg. Secara politis BEM-U termasuk olitisi yang pandai dia bisa memperpanjang masa jabatannya dengan beberapa alasan di atas, berbica mengenai osepek dan persiapannya nyatanya BEM-U juga terkesan mendadak dan terkesan diplitisirAgenda sidang istimewa hanya membahas UU, pembahasaan itu dibagi-bagi menjadi beberapa komisi, komisi A, B, dan C. Setiap komisi memiliki tanggung jawab terhadap peraturan yang ada pada tiap komisi tersebut ya itu mengenai penetapan dan perubahan UU. Setelah pembahsan perkomisi selesai setiap komisi dpersilahkan untuk melakukan presentasi di depan pada tiap-tiap komisi, sempat terjadi perdebatan yang hangat ketika dari tiap-tiap komisi melkukan presentasi ke depan.
Kemudiang dari sidang istimewa menghasilkan beberapa ekomendasi, rekomendasi seagai berikut :
1.Kongres Mahasiswa VI dilaksanakan sebelum pemilu Raya.
2.Kongres Mahaiswa akan dilakukan pada 20-30 Nvember 2008 sebelum Pemilu Raya.
3.Mengintruksikan kepada pihak eksekutif untuk resuffle kepengurusan.
4.Permohonan SK baru kepada Rektorat.
5.Mengeluarkan surat Intruksi kepada HMJ BSA.
6.Mengintruksikan kepada BEM untuk mengawal Surat Keputusan Direktur jendral Pendidikan Tinggi Agama Islam tentang keorganisasian karena dianggap memberatkan mahasiswa.
7.Mengintriksikan kepada BEM untuk melaksanankan rapat pimpinan guna membahas Surat Keputusan Dirjen no : DJ1/254/2007 tentang oreintasi pengenalan akademik (OPAK) PTAI-BAB I Pasal 1, Ayat 5.
8.Merekomandasikan pergantian nama eksekutif tingkat fakultas menjadi gubenur (LGM-Fakultas).
9.Mengintruksikan pada BEN-U untuk mendampingi pembagian dana OMIK dengan membentuk pansus yang terdiri dari perwakilan OMIK.
10.Mengintruksikan kepada pimpinan legeslatif untuk memperbaiki kinerjanya.
POLIMIK OSPEK / OPAK
SesuaI rekomendasi sidang sitimewa bahwa jabatan kepengurusan dilakukan perpanjang. Perpanjangan dilakukan untuk menghindari polimik dan kekhawatiran di kalangan OMIK mengenai pengalokasian dana.
Sesuai hasil rapat yang diadakan oleh kemahasiswan, yang juga dihadiri oleh pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan Bahrudin maka perpanjangan pun berjalan baik, menurutnya pihak kampus tidak bisa mengeluarkan dana apa bila tidak ada SK (Surat Keputusan) baru, karna menurutnya semestinya sekarang telah ada pergantian kepengurusan yang baru, maka untuk memperlancar SK baru itu harus segera dibuat. Ia menambahkan bahwa rektorat tidak akan mempersulit tentang alokasi dana, karana hal itu memang merupakan kewenagan setiap lembaga intar (OMIK).
Tambah pembantu Rektor mengenai persoalan kemarin ada sedikit kendala mengenai mekanisme pencairan ada dana hal itu terganjal oleh belum adanya surat keputusan baru, akan tetapi hal itu talah diantisipasi dengan diberikan pinjaman oleh kemahasiswaan, ”sekali lagi kami tidak bermaksud untuk mempersulit” ungkapnnya.
Roibin selaku kemasiswaan meminta kepada seluruh yang hadir saat itu, jangan mengawatirkan maslah dana, karna menurunya dana itu ada. Hal terpenting menurutnya pihak MPM untuk mengeluarakn surat keputusan dan mengajukan kepada Rektor, hal itu untuk mempercepat persiapan OPAK yang tinggal hitungan hari.
As’ad prisendin BEM-U yang juga hadir pada saat itu memberikan beberapa alasan dan permohonan, tentang molornya kepemimpinannya, menurututnya bukan maksudnya untuk memperpanjang, ”sebenarnya kami siap melakukan LPJ” namun tentang waktu yang diberikan oleh MPM kepadanya tidak memungkinkan.
Mengenai OPAK dia juga menyinggung ”meskipun kepimpinan baru telah selesai saya yakin SK akan tetap molor seperti yang lalu-lalu” oleh sebab itu saya mohon karna ini merukan suatu gawi beser tidak mungkin semerta-merta diserahkan kepada kepengurusan terpilih, untuk menhindari hal itu maka SK perpanjang adalah seutu solusi yang aik, guna menghindari hal yang tidak kita inginkan” unkapnya dalam musyah tersebut.
Secara politik BEM-U sangat main dalam hal ini, meski beberapa alasan telah diuraikan, namun menurut beberapa informasi yang tidak jelas bahwa peranjang jabatan dilakukan karna BEM-U berkeinginan untuk menghendel OPAK, hal itu berkaitan dengan alokasi dana OPAK yang tidak sedikit.
Indikasi itu ternyata memang benar adanya ketaia pelaksanaan opak, panitia yang semestinya dilakukan secara musyawarah hal itu tidak dilakukan, penkonsepan SC-OC langsung ditunjuk oleh presiden sendiri, dan ketua pelaksana juga dari dalam BEM sendiri.
KKN dalam pelaksanaan OPAK bukan menjadi rhasia, UKM yang mestinya ikut andil pada pelaksanaan OPAK, akhirnya menyatakan sikap untuk tidak mendelegasikan karna adanya indikasi peyimpangan. OPAK yang pendanaan tidak sedikit memang terkesan ditutup-tup oleh panitia inti itu sendiri, keuangan /angaran opak tidak transparan.
Panitia lapangan yang rata-rata dari snester III hanya dijadikan alat, dan diperas tenganya sementara ntensif tidak ada. Hal itu sesuai pengakuan dari salah satu panitia OPAK, menurutnya kami tidak tau menau tentang anggaran OPAK kami hanya mlaksanakan tugas itu saja.
PELASANAAN KONGRES VI.
Pelaksanan kongres VI yang mestinya dilaksanakan pada 20-30 Nvember 2008 molor pada pertengahan Desember 2008, kongres dilaksnankan di gedung SC lantai dua. Pra pelaksanaan kongres digelar dialok dengan tema ”Mencari Peminin Ideal Masa Depan” dimana pemateri merupakan mantan-mantan presiden mulai dari tahun 2003-2007. akan tetapi yang ahdir pada saat itu hanya tiga orang. Yang lain sedang berhalangan.
Dari beberapa uaian yang disampaikan oleh para penyaji , pada intinya sama ”bahwa dalam kepemimpinan dibutuhkan keberanian, ketegasan, kebersamaan” jangan pernah takut untuk salah karna pada dasarnya kesalahan akan menuntun kita pada arah yang benar nantinya.
Kongres VI berjalan dengan baik, meski dari beberapa yang hadir sempat menolak LPJ BEM-U, akhirnya setelah foting LPJ itu diterima. Mmang secara kursi diparelemen presiden memliki rekanan partai Paratai Kebangkitan Demokrasi Mahasiswa (PKDM) yang dominan, sejarah penolakan dari tahunketahun selalau ada namaunketika dilakuakn voting semua berjalan baik, karna kursi PKDM, menepati urutan yang terbanyak di Legislatif.
Dominasi PKDM tidak dapat dikalahkan, nagaimana pun keterpurukan delegasi pesidennya mereka akan tetap membela dengan mati-matian. ”kebaikan yang sedikit masanya akan kalah pada kejahatan yang memiliki masa pendukung yang banyak”.
Itulah potret daro politik kampus Universitas Islam Negri (UIN) Malang, yang kini memiliki nama baru Universitas Islam Negri (UIN) Malik Ibrahim Malang.

Selasa, 20 Januari 2009

PENGENALAN SISTEM INFORMASI

Di sini saya akan mencoba untuk mengulas kembali apa yang telah saya dapat dalam mata kuliah MTI (Manajemen Teknologi Informasi). Pertama untuk memudahkan pemahaman kita, maka kita harus memahami apa itu sistem informasi. Menurut beberapa ahli, seperti yang saya dapat di bangku kuliyah, ada banyak tokoh yang mendifinisikan system informasi itu sendiri antara lain sebagai berikut :
Definisi informasi menurut Gordon B. Davis, Informasi adalah data yang telahdiolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata berupa nilai yang dapat di pahami di dalam keputusan sekarang maupun masa depan
Definisi menurut Barry E. Cushing, Informasi adalah sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang di organisasi dan berguna kepada orang yang menerimanya.
Definisi menurut Robert N. Anthony dan John Dearden, Inaformasi merupakan suatu kenyataan, item yang menambah pengetahuan penggunannya
Dari bebearapa definisi maka dapat kita simpulkan sebagai berikut : adalah sebuah rekontruksi dari realitas yang memiliki nilai, dimana nilai tersebut bermanfaat bagi yang membacanya atau menerimanya.
Setelah kita paham apa itu informasi maka kita, akan membahas pada bahsan selanjutnya yaitu pemerosesan data. Perlu ditekankan di sini informasi dapat dikontruksi karma adanya realitas, realitas tersebut selanjutnya disebut data, adari data itulah kemudian menghasilkan informasi. Dalam penyampaian materi bapak Novi Dian mencohkan pada papan (plang) di jalan. Sebagai gambaran dapat dibuat sebuah sekema sebagi berikut







Dari sekema di atas kita dapat melihat bahwa informasi merupkan rekontruksi dari realitas (data). Mengapa data itu harus diperoses, karna data belum bisa di mengerti. Data itu sendiri banyak jenis dan bergam, ada data yang berbentuk teks, suara, gambar, sinyal dll. k
Kemudian dari data itu kita dapat memperoses menjadi sebuah infor masi yang bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Tentu dalam pemerosesan itu sendiri harus diambil sebuah keputasan yang arif, karna informasi yang salah akan memberikan dampak yang salah. Oleh karena itu dalam pemerosesan data dan penyampaia informasi dibutuhkan penanggungjawab.
Untuk lebih pahamnya kita bisa lihat contoh sebagai berikut:
contoh tulisan “Hati-Hati Banyak Anak Kecil” akan tidak berarti jika di pasang di tengah sawah, tapi akan sangat berguna jika dipasang di pinggir jalan perkampungan padat penduduk.
Pengolahan data menjadi informasi dapat digambarkan sebagi siklus yang berkesinambungan sebagai berikut:

Secara sederhana data diolah menjadi informasi dan pada tahapan selanjutnya informasi menghasilkan tindakan dimana hasil tindakan dapat menghasilkan informasi yang lebih detail, yang diperuntukkan bagi orang lain. Tingkatan manajemen yang lebih tinggi maka hasil tindakan itu akan diproses lagi sebagai data. Untuk mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, maka manajemen membutuhkan informasi yang berguna. Untuk tiap-tiap tingkatan manajemen dengan kegiatan yang berbeda beda, dibutuhkan informasi dengan karakteristik yang berbeda-beda pula.
Demikian penjelasan singkat ini saya akhiri, semoga bermanfaat.
Malang 19/01/2009



penulis

MENUJU IMPIAN GEMILANG DALAM PERESFEKTIF AL-QURAN

MENUJU IMPIAN GEMILANG
DALAM PERESFEKTIF AL-QURAN
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali bila kaum yang bersangkutan berusaha mengubah sendiri keadaannya (Qs. Ar-Ra’du : 11).
Saudaraku ....
Tabir telah tersingkap dan rahasia telah terungkap ini sungguh nyata dan begitu dekat, lebih dekat dari bayang-banyag khayalan. kalian direndahkan! malam-malam masa muda telah kalian sia-siakan dalam teriakan kegembiraa. ini benar-benar nayata.
Saudaraku seiman dan sekeyakinan. Saat nyalah kita membuka tabir kebekuan yang selama ini kita anggab tabu, kalau selama ini kita selalu berpangku tangan dan pasrah terhadap nasip dan takdir, maka kenapa kita tidak coba untuk mengubah takdir itu. Bukankan Tuhan sendiri telah memberikan kewenangan-Nya kepada kita, lalu untuk apa kita selalu apatis dan menganggap, apa yang kita jalani adalah semata-mata takdir-Nya, apakah itu dibenarkan menurut agama ? apakah agama (Tuhan ) kita sekejam itu ?.

Saudaraku sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, itu semua adalah kemauan kita, dan kesalahan kita dalam menempatkan posisi kita. Lantas kenapa kita sering cepat memberikan kesimpulan bahwa apa yang terjadi terhadap kita (baik dan buruk) adalah kehendak Tuhan. Semudah itukah kita menyimpulkan persoalan kita, dengan melemparkan segala kewenagan kita dengan bahwa Tuhanlah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada kita.
Kalau kita mencermati dengan teliti dan melakukan telaah secara mendalam ayat di atas saya kita saudara dapat memberikan sebuah simpulan tersendiri. Lantasa masihkah kita mengantungkan segala eksistensi kita kepa-Nya. Tidak salah jika Max dan Freud menganggab bahwa (orang yang meyakini keberadaan Tuhan) manusia itu gila, berada dalam kegilaan. Jika kita tetap mengantungkan apa yang kita lakukan itu semata-mata karna tuhan maka kita telah masuk dalam kata gori yang dikatan oleh Freud tersebut.

Ayat tersebut secara tegas memberikan ruag dan eksistensi manusia bagi manusia sendiri. Siapa yang tidak ingin hidupnya lebih baik, tentu setiap manusia normal menginginkan hal itu. Begtu juga saya, memiliki keinginan untuk hidup lebih baik. Saya hidup dan dibesarakan di kalangan keluarga yang serba berkekurangan. Bukan maksudnya saya untuk mengingkari nikmat Tuhan yang telah diberikan pada saya dan juga keluarga. Setidaknya meski saya hidup dalam keluarga yang sedrhana, saya bersyukur dengan segala yang telah Allah berikan pada saya juga keluarga, karna sampai saat ini saya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bisa mengenyam pendidikan sampai ke perguran tinggi, ini merupakan nikmat Tuhan yang tiadatara bagi saya.
Saya mengatakan demikian, karna orang-orang yang memiliki kemampupuan secara finansial mereka tidak melanjutkan pendidikan anaknya sampai kejenjang yang lebih baik/sampai pada tataran perguruan tinggi. Entah kenapa ?, kalau saya cermati diantara teman-teman saya mereka seperti terbelenggu dengan sebuah sistem dan teradisi yang lebih kuat dan mengakar, yang ada di masyarakat itu sendiri. Sebenarnya mereka memilki keinginan seperti halnya saya ”melanjutkan keperguruan tinggi/ sekedar menyelesaikan sampai SMA. Alih-alih keterbelakangan para orang tua menjadikan mereka pesimistis.
Apala lagi ada sebuah selongan ”taat pada orang tua, adalah serminan anak yang baik, percuma melanjutkan (menuntut ilmu sampai jauh tapi tidak, dijalankan) sampai keperguruan tinggi, th nantinya hanya menjadi kuli biasa”. Secara garis besar teman-teman saya yang putus sekolah ”karna taat pada orang tua” takut kena laknat jika mengkal tidak patuh pada orang tua. Kedua karna mereka pesimis terhadap masa depan mereka, karna seperti apapun tingkat pendidikan yang diperoleh tidak bisa menjamin akan masa depannya, untuk lebih baik.
Jika alsan pertama tidaka melanjutkan sekolah ”pendidikan” karna ketaan atan mereka pada orang tua, hal itu dibenarkan oleh sistem dan kebiasaan yang berlaku, apakah hal itu dibenarkan ?. ada dua permasalahan yang sebenarnya perlu diluruskan disini, yaitu antara ketaan dan anggapan baik masayarakat terhadap anak itu sendiri. Taat bukan berarti selalu menuruti keinginan orang tua, karna bagai amanapun orang tua itu manusia biasa,mereka juga bisa salah, nabi saja pernah salah, apalagi orang tua kita tentu mereka juga bisa salah. Ketika mereka salah apakah kita memilki kewajiban untuk mentaati mereka. Apakah dalam agama ada anjuran taat secara buta.
Jika para orang tua beranggapan anaknya selalu enggeh dewo taat dan tidak pernah membantah ” adalah seutu kebanggaan ”baik” apakah itu juga benar dan dibenarkan. Mungkin dari kaca mata orang tua hal itu baik dan menjadi kebaggaan tersendiri bagi mereka. Pertanyaan sekarang apakah orang tua meresa bangga melihat anaknya tergilas oleh pradaban zaman. Ketaan mereka bukan jaminan kebaikan terhadap mereka. Baik untuk saat itu belum tentu untuk sekarang dan yang akan datang.
Disini dibutukan kesadran dari berbagai pihak baik itu dari para orang tua itu sendiri, lebih-lebih anak sebagai generasi penerus. Para orang tua harus lebih terbuka terhadap segala perkembangan. Begitupun seorang anak harus selelu peka melihat kondisi sosial yang semakain hari dipenuhi berbgai tantangan. Teradisi itu penting akan tetapi teradisi yang tidak berlandasa pada pendidikan juga perlu diwas padai.
Jika alasan kedua seorang anak pesimis untik melanjutkan pendidikan kejengjang SMA-PT (Perguruan Tinggi) karna tida ada jaminan kesuksesan di masa depan hal itu juga perlu diluruskan. Sukses bukan diukur dengan dia bisa menjadi pejabat /memperoleh posisi tertuntu. Sukses itu juga bukan diukur dengan dia mendapat pekerjaan dam memiliki gaji besar, sukses itu adalah ketia dia bisa menemptakan posisinya secara baik dan proporsional. Sukses itu ada dalam bingkai hati, sukses itu adalah jika dia merasa bahagia menjalani hidupnya, tenang, tentu hal itu tidak bisa diperoleh dengan materi dan limpahan harta. Hal itu bisa dicapai dengan kesadaran dan jejang pendidikan yang matang.
”Tuttutlah ilmu walau sampai kenigri cina” Al-hadits
Himbawan itu dilontarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dia adalah ummat pilihan bapak dari segala bapak di muka bumi. Tentu banyak alasan mengapa Nabi melontarkan perkataan itu. Saya tidak akan mengulas secara detai; tentang eksistensi dan latar belakang munculnya hadits tersebut, tapi mari kita renungkan bersama dan dijadikan sebagai referensi bagi kita dan masa sepan generasi kita, agar jangan pesimis menatap pasa depan.
Kalau kita kaitkan anggapan orang tua ”tidak perlu menuntut ilmu jauh jauh-sampai keperguruan tinggi” maka himbawan itu termentahkan dengan sendirinya. Lantas bagai mana seorang anak menangkap dan mengafirmasi intruksi Nabi tersebut ?. Kutipan (Qs. Ar-Ra’du : 11) saya kira amat jelas,Tuhan memberikan seluas-luasnya pada manusia itu sendiri untuk menetukan nasipnya.
Detik-Detik Menjelang Uan.
Pada saat itu aku dan juga teman-teman yang lain tengah sibuk mengikuti peralajan tamban BIMSUS (Bimbingan Khusus). BIMSUS adalah salah satu progran sekolah menjelang UAN (Ujian Akhir Negara). BIMSUS sendiri dikonsentraskan pada tiga mata pelajaran khusus sesuai jurusn masing-masing, untu IPS yang wajib yang masuk BIMSUS Pelajaran Bahasa Indonisia, Bahasa Ingris, dan Ekonomi. Pelajaran yang tidak masuk UAN jam pelajarannya dikurangi, yang biasanya tiga jam-menjadi dua jam.
Kegiatan BIMSUS sendiri dilaksanakan pada jam dua siang samapai jam empat 15 menit sore hari. BIMSUS diwajibkan bagi seluruh siswa/i, dan jika tiga hari absen secara berturut-turut maka akan dipanggil oleh BP, dan telat masuk maksimal 15 menit. BP adalah badan pengawas yang bertugas secara khusus dalam bidang konseling dan permasalahan-permasalahan siswa/i. Tak jarang setiap hari pasti ada yang dipanggil kekantor BP.
Aku sendiri bersukur karna tidak pernah telat, karna tempat tinggalku saat itu dekat dengan tempat sekolah, hal itu menjadi keberuntunganku karna semenjak aku kelas XII aku tinggal di rumah guru kompeterku. Sebelum itu aku tinggal di Musollah sekolah dengan teman-teman yang lain, waktu itu yang tinggal di Musollah sekitar nam-delapan orang anak, rata-rata yang tinggal di tempat itu adalah orang yang kurang mampu sepereti hal-nya aku. Waktu itu aku juga teman-teman yang lain ikut membantu di rumah guru komputer pak Didit, pak Didit adalah Guru komputer baru di MAN Sumenep, belum sampai stu tahunan mengajraj di MAN, perta aku juga teman-teman yang lain bolak balik dari rumah pak Didit, malamnya terkadang tidur di konternya, dan subuh-subuh kita segera bergegas solat di Masjid, ebetulan rumah pak didik dekat dengan Masjid sekitar 20 m dari depan rumahnya, selesai solat aku dan juga teman yang lain bersisp-siap pulang ke Musollah dan berangkat sekolah, sehabis pulang dari sekolah sekitar jam 13.15 kita pun balik ke untuk menunggui rental di pak Didik. Kurang lebih 3-5 bulan aku bersama dengan teman ada di rumah pak Didik menunggui Rental yang baru dirintisnya, setelah itu aku tidak algi di sana. Aku diminta oleh Guru komputer senior Azam Prayitno untuk menunggui rental yang sama, tepatnya di jl pahlawan di pangarangan.
Sebenarnya pak didik dan dan azm adalah patner dalam merintis rental dan penjualan komputer, karna ketidak cocokan akhirnya mereka memisahkan diri, dengan mendirikan konnter lain, konter yang dijalankan pakdidik tetap berjalan, dan pak azam merintis ulang dari awal, sesuai dengan pengakuan yang diceritakan oleh pak azam, sebanarnya konter dan rental penjualan koputer yang dijalan oleh pakdidik adalah sebuah usaha bersama, karna pak azam sering dirugikan (saat menjual komputer kekonsumen pak didik tidak jujur) akhirnya dia memutuskan untuk merintis usaha lain.
Maka jangan salah Tuhan jika kehidupan mereka tetap setagnan dan tidak ada perubahan, itu semua karna faktor manusia itu sendiri. Manusia cenderung malas dan tidak memiliki orentasi secara jelas dan pasti, mereka berada dalam kebingungan yang tak tara.
Jika alasan kita tidak melanjutkan pendidikan karna faktor ekonomi, saya kira itu bukan alsan, saya orang miskin dikampung saya. Tapi saya memiliki kemauan kuat. Saya ingat pada perkataan guru saya waktu SMA ”rejeki kalian telah ada yang mengatur, dan jangan sekali-kali kalian menakar, hawatir terhadapnya, jika rezjiki kalian ada di sini satu cangkir ke manapun ya tetap yang satu cangkir itu” himbawan itu disampaikan oleh wakil kepala sekolah pada tahun 2006 saat menjelang ujian nasional UAN.
Tidak biasanya wakil kepala sekolah masuk kela IPS. Akan tetapi pada saat itu beliaunya memang sengaja meluangkankan waktu untk memarani setiap kelas. Tentu saja teman-teman pada saat itu merasa terkejut bercampur kawir takut ada apa-apa. Akan tetapi setelah teman-teman mengetahui maksud dan tujuan dari beliaunya maka anak-anak hanya mangut-mangut saja. Salah satu teman saya, tepat di depan bangku duduk saya membenarkan apa yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah. ”memang benar perkataan wakil kepala sekolah tadi” ungkap teman saya pada saya juga teman-teman yang di kelas saat itu. Teman teman yang yang lain tidak mengomentari, mereka hanya terdiam saja. Terlihat di raut wajah mereka ada semacam kegalauwan yang begitu mendalam. Mereka dihadapkan pada sebuah persoalan untu ukuran anak SMA amat berat. Satu sisi mereka akan segera mengahadi UJAIN akhir Uan dan dengan begi mereka akan melepas setatusnya dari pelajar menjadi penganggguran. Ya pengangguran itu adalah hal yang nyata, untuk lulusan SMA dan yang setingkat. Untuk meneruskan kuliah mereka dihadapkan pada persoalan ekonomi. Bagi yang berkecukan hal itu tidak menjadi persoalan. Akan tetapi bagi mereka dan juga oranf seperti saya meneruskan adalah sebuah mimpi yang sualit untuk dicapai.
Sejenak ruangan kelas menjadi hening dan sepi. Teman-teman terlihat hanya mengotak atik buku, sebagian terlihat memukul-mukulkan pensilnya pada kepala mereka, mereka seperti memotar otak, menjoba hendak keluar dari himpitan persoalan. Akan tetapi tetap saja mereka pada akhirnya berhenti pada titik kejenuhan.
Apa yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah, begitu melekat di otak dan fikiranku, aku berfikir untuk bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi bagaimanapun itu caranya. Entah kenapa aku begitu antusias dengan keinginan dan cita-citaku ”melanjutkan kuliah”. Tetapi aku juga sempat mender dengan keadaan dan kondisi keluarga. Aku juga sempat pesimis dengan harapan aku sendiri.
Hari-hari menjelang ujian Nasional fikiranku kacau tak karuan, aku tidak pernah mencemaskan aku lulus atau tidak, yang ada dalam benak aku saat itu, bisakah nantinya aku melanjutkan ke perguruan tinggi, pertanyaan semacam itu terus beruntun dalan fikiran aku.
Pada satu kesempatan aku coba untuk mengutaran keinginanku untuk terus melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sontan asaja orang tua sempat mengeluh, ”kamu lihat sendiri keadaan ayah dan ibu ini, hanya kuli tani saja, aku tidak melarang kamu kuliah, tapi dari mana nanti dapat biaya” Aku jadi serba salah, pada satu sisi aku ingin kuliah, disisi yang lain aku juga tak tega melihat keadaan orang tua, aku hanya menarik nafas dalam.
”bu aku tidak minta apa-apa dari, aku hanya ingin kuliah, aku tidak butuh warisan harta, bila nantinya aku dibagikan harta, dan ahrta itu bernilai 10 juta atau lebih, aku ingin hal itu menjadi biaya untuk kuliah”
” nak kita punya apa, jual tanah itu tidak akan cukup” terlihat mata ibu sembab beraimata.
Aku hanya diam ”Tuhan maafkanlah aku, bukan maksudku untuk menambah beban orang tuaku”, bisik dalam hatiku pilu.
Hari-hari aku melamun, pikiranku kacau, aku merasa serba salah dengan keadaan dan kondisi keluarga yang memang itu adanya.
Keberadaan keluarga yang tergolong amat sedrhanan ”miskin” sempat menjadi bahan gunjingan oleh para tetangga. Bukan itu saja, saya dan orang keluarga ”orangtua” sering mendapat cibiran, mereka lakukan itu karna mereka menganggap apa yang saya lakukan itu terlalu berlebihan. Bagi mereka orang miskin seperti saya tidak selayaknya ngoyo-ngoyo menepuh jenjang pendidikan sampai ke perguruan tinggi.
Akan tetapi berkat ketebahan dan keinginan saya juga kedua orang tua akhirnya, semua cibiran dan gunjingan saya dan juga keluarga, dianggap itu semua tidak ada.
Maklum dari beberapa teman-teman saya yang melanjutkan hingga SMA bisa dihitung denga jari. Di desa saya kesadaran berpendidikan amat rendah. Wajar jika saya dari keluarga yang tidak mampu menjadi bahan sorotan bagi keluarga / tetangga yang lebih mampu. Lebih parah lagi mereka menilai bahwa melanjutkan setudi diukur dengan sebuah pekerjaan. Memang ha itu tidak tabi baikdi lingkungan saya juga dilingkungan lain.
Akan tetapi saya telah

Sabtu, 13 Desember 2008

KUMPULAN PUISI TANPA JUDUL
Tanpa kau:
Malam masih bergandeng keramaian
Anginpun merangkul pohon cemara dengan mesra
Gemerincik air diantara batu mengulas indahnya laju hidup
Di mana engkau berada disenggang waktu semalam.
Malang 01/11/2008
Jika tangisan adalah ungkapan bahasa
Lantas dengan apa kau memaknainya
Perlu kau ketahui bahwa himpitan hidup
Mendesaknya untuk hal itu
Tentu kamu tau atau sekedar berpura-pura
Jika setiap tangis adalah doa lantas dengan apa
Kamu mengabulkannya
Ketenangan tentu takcukup karna kompleksnya hidup
Lantas jaminan hidup macam apa yang akan kau suguhkan
Tentu hal ini adalah tanya yang orang2 bilang kesesatan
Namun bila hal itu penting biarlah tersesat sesaat karna pencarian tentangmu
Jangan biarkan tanyamu menjaukan langkah.
Malang 24/10/2008
KENAPA
Kenapa aku begitu mencintaimu
Kenapa juga aku menghawatirkanmu
Kenapa aku sangat gelisah ingin jumpa denganmu
Kenapa pula dirimu tak jua mengerti akan gelisahku
Kenapa sulit rasanya aku menepis semua perasaanku padamu.
Malang 29/09/2008
Kerinduanku melekat pada senja
Melambai harap dititian doa
Jangan kabarkan mimpi tentang malam
Yang bertabur bintang
Aku akan selalu mendambamu
Selagi siang/malam menjadi nafasku.
Malang 29/09/2008
Hidup adalah pilihan
Percikan kata terkadang menjadi luka
Hingga senyum tulus menjadi hampa
Jika pertemanan ini masih bisa dirajut
Maka biarkanlah kenangan mengurai makna
Pada tiap hela’an nafas.
Malang 25/09/2008
Sebatas aku mampu menggapai
Sebisa kaki malangkah
Lantasa kenapa mesti berpasrah pada ketentuan
Yang tak mesti
Ada kenyataan yang bisa dilampaui
Lantas kenapa pula
Hanya mengamininya
Tak adakah gerak nyata
Malang 23/10/2008
Mengingatmu laksana
Membuat lukisan di padangpasir
Hembusan angin yang tak pernah mau tau akanku
Semakin menjauhkan harap dan mimpiku
Tentangmu
Gesekam bumi hatiku menghalau
Segala hasrat akanmu.
Jangan tanyakan lagi
Malang 23/10/2008
Selebihnya maafkan aku
Maafkan atas kesengajaanku yang
Telah mencintaimu
Tapi kenapa mesti minta maaf?
Alah !! biar itu hanya apologi saja
Tapi jangan kau racuni aku lantaran cinta ini
Biarkan aku menikmatinya
Kuharap kamu bisa paham
Pasti kamu akan bertanya, kok bisa ?
Aku tidak perlu menjelaskan hal itu
Karna cinta tidak bisa dijelaskan
Tapi untuk dirasakan
seperti aku yang merasakannta saat ini
Malang 23/10/2008
Ibu
Dengan apa aku harus berterimakasih, seluruh raga dan jiwa, adalah kasihmu
Langkah yang kugayuh berkat doamu, apa yang kusaksikan hanya engkau nampak
Ibu perjuangan dan jasamu adalah lentara di kehidupanku, keringat yang mengalir dari pundakmu adalah amanat bangsa untuk anakmu untuk selalu gigih menghadapi hidup.
Walau engaku terkadang tersandung saat menyuapiku, namun kau tetap peluk aku
Aku bagai raja kecil disimu, tahun-tahun berjalan kau bekali restu untukku
Saat ganas kota mencabik sum-sum yang kau tanam, perlahan lirih doa mengaliriku
Karnamulah aku mampu berdiri dan bisa menyaksikan isi kehidupan
Tabanyak yang bisa aku katakana tentangmu, karna akan semakin mempersempit nilai
Karna kutau semua apa yang kau berikan padaku lebih dari apapun sampai saat ini
Dan aku takkan mampu mempijakkan kaki kehidupan tanpa lantaran engkau
Malang 01-02-2008
Butir-butir kemangi
Embun pagi masih melekat pada tangkai kemangi
Burung-burung pada datang menyeka pagi
Kicaunya pada risau
Pada kuncup itu tengadah embun
Udara pagi yang dingin menghanyutkan para pejalan kaki
Selintas kukupu mencuri pandang
Dengan tarian-tariannya yang khas, “tak ada pencabulan dan persenggetaan”
Sanggup kita meniru keramahannya dan segala keunikannya
Sentuhan udara pagi bagai menyulam hidup ditegah kegersangan
Aroma itu sungguh menggagas kesamaan pada para lalu lalang adam
Tak ada konflik,
Malang 30-01-2008
Perjalan hidup
Apa yang bisa dikutip orang dari rangkaian cerita paginya
Segalanya hampa, tak ada ruas melepas asa jiwa
Sudut pagi pun enggan mengurai perjalanannya
Riak air mata di ujung sajadah tak mampu mengeja
Mungkin kita lupa pada awan yang bersolek
Dan kita pun sekan tutup mata pada keranjang Tani
Di helai keringat yang menguning
Tersirat doa
Sebentar disana ada kerumunan yang membius waktu
Jangan lupa bawa catatan itu tuk esok
Agar tak ada alas an lupa rangkaian peristiwa
Dan ingat air mata mereka bukan pemandian suci
Apa yang bisa kita petik dari pehon yang krontang
Hanya bisa menyisakan getir dan kengerian
Bukan-bukan gundukan emas yang di harap
Tapi keadilanlah dalam hidup
Malang 30-01-2008
Jangan ada senyum
Jangan ada senyum di bibir bisamu
Cukup laki menjadi lunglai olehmu
Masih ada banyak hal yang penting dari pada itu
Bukan kah engaku pun jenuh di atas keperihan hidup
Buang saja lipstik itu
Masih ada yang lebih bermakna
Sebenarnya apa yang kau sukai
Dari pada warna itu
Apa yang kau ingini
Jangan kau tebar aroma di ujung trotowar
Jalan masih bising degan mesin-mesin
Apa yang kau tarik dari keindahan tubuh
Dan palingan bibirmu
Malang 30-01-2008
Pengakuan
Yaaa …….Allah sungguh karnamulah aku ada disini. Da engakau ibu, aku banyak berdoasa padamu. Aku sesalu menyakiti perasaanmu, tapi engkau ttap tidak berubah.
Keakuan
Aku berfikir tentang aku
Dan keakuan itu terasa sulit untk kuterjemahkan
Hingga mata ini pun enggan meneggelamkan dalm felamboyan mimpi
Km sedang apa disana?
Aku disini bermuram durja dalam bayangmu.
Malang 15-10-2008
AKU MENCINTAIMU
Kesempurnaan adalah dambaan tiap manusia
Tapi keterbatasan terkadang tek ter elakkan
Diri pun terasa kerdil dalam mengartikan fluktuasi hidup
Bukan hidup yang kusesali tapi
Hidup yang tidak hidup
Malam-malam aku sendiri hanya
Dingin yang menekankan pada
Kegelapan
Tak ada angin
Tak ada apa pun
Aku tidak menyesal kete kamu
...... masih ingatkah kamu
Saat aku menyatakan cinta padamu
Sungguh aku teraliniasi dalam
Kepekatan rasa yang kau ramu dengan bercak
Bercak suara
Yaa suaramu yang khas telah merobohkan hatiku.
.......... aku mencintaimu
Malang 12-10-2008

MENCARI AKAR MASALAH, TUHAN PUN DIGUGAT

MENCARI AKAR MASALAH,
TUHAN PUN DIGUGAT
Oleh : MAHMUDI
Tuhan
Kata tuhan selalu idintik dengan kepercayaan pada agama. Dalam islam dikenal Tuhan Allah di mana eksistensinya sebagi pengatur atas segala yang Ia ciptakan. Tetapi keberadaan Tuhan tidak bisa disamakan dengan segala eksestensi yang Ia cip takan. Dia tidak bisa dilukiskan dan tidak bisa dibayangkan.
Dalam keristen, buda, hindu, dan katolik kepercayaan pada Tuhan tidak jauh berbeda, mereka para penganut Tuhan percaya akan eksistensi-Nya. Kepercayaan pada Tuhan dijalankan dengan keanekaragam ritualitas.
Para penganut Tuhan meyakini bahwa kekuasaan-Nya tidak dapat dinalar. Tak jarang banyak orang menerima dan meyakini-Nya tanpa prasyarat. Tuhan sebagai pencipta maka Ia patut dipatuhi. Memang cukup berasalan dan seyokyanya sebagai mahluk yang diciptakan-Nya untuk taat pada yang menciptakan.
Kepercayaan akan ada-Nya Tuhan “kekuatan diluar kuasa manusi” ada sejak awal dicip takan-Nya manusia. Adam adalah manusia pertama seperi yang diinformasikan kitab Alquran. Dari adamlah tumbuh suatu keyakinan “adanya eksistensi diluar manusia” pada Tuhan. Maka dari regenerasi lahirlah adam-adam yang lain, pada tatarannya memiliki satu kesamaan “menyakini akan adanya Tuhan”.
Kepercayaan yang diyakini manusia tidak lahir dengan cara spontanitas, semua kayakinan yang hadir dan tumbuh, (dibentuk) dikonruksi oleh sosial. Kontruksi sosialah yang menjadikan atau membimbing manusia. Ada sebuah pertanyaan, pernyaanku ini dirasakan oleh semua orang. Perlu dipertegas disini saya seorang yang beriman musulim “islam”. Pertanyaanya apakah kita akan akan beriman “islam” apapun, tapi orang tua kita tidak beriman. Jangan-jangan apa yang kita yakini selama ini hanyalah sebuah keyakinan “warisan”. Betulkah kiya benar-benar yakin dengan keyakinan yang kita jalani?.
Saya sendiri sempat merenungkan hal itu. Saya tidak mau orang mengatakan bahwa apa yang saya imani hanya sebuah “simbolisme” warisan dari orang tua yang telah melahirkan dan membesarkanku. Sudahkan anda mempertanyakan keyakinan anda saat ini. Atau anda tidak pernah mempersoalkan apa yang anda yakini, karna anda berangaba keyakinan yang anda jalani adalah sebuah kebenaran yang mutlak.
Pernyaannya kebenaran seperti apa yang anda yakini saat ini ?.
Saya menjadi pesimis dak tidak percaya peda keyakinan yang anda anut selama ini, apakah anda menjamin menjadi seorang muslim jika ayah dan ibu anda kristen. Sebaliknya apakah anda akan menjadi kristen jika ibu dan ayah anda seorang penganut hindu dll.
Agama-Agama Ibrahum a.s
Saya salaut dengan Ibrahim dia adalah manusia yang berani. Berani menggugat keyakinannya sendiri, bahkan dalam sejarahnya banyak tuhan yang disembah oleh Ibrahim. Ibrahim adalah seorang revolosioner sejati dalam berkeyakinan (mencari Tuhan). Keberanianya patut ditiru oleh manusia sekarang agar tidak mudah mengklaim terhadap satu keyakinan yang lain. Ibrahim dengan keberaniannya, dia membunuh Tuhan-tuhan yang sebelumnya Ia yakini, sebelum pada akhir pencariannya Ia menemukan hakikat Tuhan yang sebenarnya.
Ibrahim sempat menyembah sapi, dia juaga sempat menyembah beberapa yang ada di planet ini, dia menyembah malam, siang, alam, Matahari, rembulan dll. Akan tetapi dari semua yang Ia yakini, seperti, sapi, alam, matahari, rembulan termentahkan karna Ia beranggapan semua itu tidak abadi. Sehingga pencariannya berakhir pada keyakinan tunggal “Allah”. Sebelum menemukan keyakinannya yang terakhir “Allah”, Ia melewati banyak proses, Ia tidak semerta-merta menerima terhadap keyakinannya sendiri. Apakah kita telah benar-benar menemukan keyakinan kita. Atau keyakinan kita cenderung dibentuk “dikontruksi” oleh sesaorang “ayah dan ibu” atau lingkungan.
Kita tidak perlu seperti Ibrahim, apa yang dilakukan oleh ibrahim adalah sebuah proses, pertanyaannya apakah kita telah melewati peroses itu. toh Ibrahim juga manusia seperti kita, Ia makan, minum seperti kita juga. Ia memiliki ibu dan ayah, kedua orang tuanya saat itu telah memiliki keyakinan “menyembah berhala/patung” tapi dia dengan keberaniannya tidak semerta-merta mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Dia berani mempertanyakan.
Saya kagum dengan keberanian Ibrahim. Saya kagum bukan lantaran dia sebagai Nabi yang dipilih oleh Allah. Akan tetapi saya merasa kagum pada peroses yang dia lakukan dan ia jalani. Lebih jauh dia berani menentang orang tuanya “mempertanyakan” di mana pada saat itu orang tuanya menganut agama hindu.
Selama ini kita dikungkung oleh fenatisme yang berlebihan. Dalam agama kita “islam” ketaatan kepeda orang tua dilegitimasi oleh Alquran dan hdits yang pada ujung-ujungnya berkutat pada surga dan neraka. “sesungguhnya surga itu ada di telapak kaki Ibu” dan “rida Allah berada pada keridaan kedua orang tua”. Legitimasi itu mencadi senjata paling ampuh yang dipegang orang tua. Dan lebih naifnya kita tidak mempunyai keberanian untuk mempertanyakan hal itu. kita hanya bisa pasrah dan menerima begitu saja, karna itu adalah seruan agama.
Sebegitu kuatnya legitimasi agama menelikung keranggka fikirkita. Bagaimana peristiwa yang terjadi pada Ibrahim. Ia tidak taat pada orang tuanya. Apakah kita lebih mulia dari Nabi ibrahim. Apakah agama akan menyalahkan terhadap peroses yang Ia lakukan.
Coba bayangkan jika saja ibrahim taat begitu saja pada keyakinan yang dianut kedua orang tuanya, apa yang akan terjadi?. Sekali lagi peroses itu amat penting. Keberanian mereupakan sebuah konsekweksi dan pilihan.
Mangaca pada Nabi Musa a.s
Nabi musa ia adalah manusia pilihan tuhan. Ada satu hal yang menarik dari perjalanan keimanannya pada Tuhan. Suatu hari dia mengajak ummat-nya untuk menyakini agama yang Ia yakini, yaitu agama tauhed, menyembah “Allah”. Akan tetapi ummatnya pada saat itu mempertanyakan eksistensi tuhan itu sendiri.
“sembahlah Allah yang menciptakanmu dan yang menguasai segala mahluknya” Nabi musa mengajak ummatnya
“kabar apa lagi yang kamu bawa Musa”
“aku tidak percaya dengan apa yang kamu akatakan” musa pada saat itu dihadapkan pada persoalan yaitu “dia sebagai pembawa agama baru” kemudian dari umnya ada yang bertabya balik.
“bisakah kamu meyakinkan kami, dengan tuhan yang kamu yakini saat ini” suaranya lantang.
Pertanyaan ummat Nabi Musa menggloyahkan keyakinannya. Sehingga dia pun bertanya balik pada tuhan.
“Tuhan jika memang engkau benar-benar ada maka perlihatkanlah wujudmu”
Kesimpulan terakhir dari kegusaran Nabi Musa, Ia tidak bisa melihat Tuhan. Dia pingsan saat tuhan akan memperlihatkan wujud-Nya. Dalam satu kisah tuhan memerintahkan musa untuk menatap gunung. Akan tetapi dia tidak mampu menapnya. Tanah yang Ia pijak tiba-tiba bergetar hebat, saat itulah dia pingsan.
“Keberanian” itulah nabi musa. Dia berani mengugat tuhan-Nya, lalu pada saat sekarang, kenapa kita tidak memiliki keberanian seper Musa dan Ibrahim. Apakah kerangka berfikir kita sekarang benar-benar telah mati.
Hidup ini bukan hanya sekedar surga dan neraka ada yang paling penting dari hal itu senmua. Apakah dibenarkan seseorang dengan memburu sorga melupakan terhadap lingkungan sosialnya.
Kegalauanku
Seiring pancaran sinar matahari di pagi hari kucoba mengaih kata yang berserakan di akar nurani. Ada rasa ragu, takut semua kehawatiran terus menghantuiku. Namun dengan segala payahku aku mencoba merangkai huruf-demi huruf menjadi kalimat, sehingga bisa menjadi media dan aspirasi hati.
Pagi itu aku termangu seorang diri. Anganku menarawang diantara langit-langt kamarku. Secercah sinar mentari menerobaos di celah-celah kamar. Aku mengernyitkan muka. Aku coba mempertanyakan diri sendiri, kenapa aku tidak bisa berujar tentang kenyataan yang sedangh aku alami. Aku bingung.
Waktu terus berjalan sementara pena yang ada di tangan akananku masih tertahan oleh galau hatiku. Beberapa kertas telah kutoreh namun tak ada setuktur kata yang bisa mengawal inginku. Semua terasa membeku. Aku hanya mengeliat pasrah dan tak berdaya.
Aku seperti kehingan pengangan, semua terasa mengambang. Seakan semua acuh padaku tak terkecuali tuhan. Lalu siapa lagi yang bisa mewadai keluh kesahku.
Hari ini aku betul-betul dalam kekalutan.
Apakah ini sudah menjadi takdir Tuhan !!. ah ……. Atau karna kecerobohan dan kekumalan akalku sehingga aku sendiri tak mampu membingkai nasip sendiri. Atau memang ini adalah menjadi takdirku. Lalu kana aka digariskan seperti ini. Bukankah tuhan maha pemurah dan pengasih pada ummtnya, tapi kenapa aku tidak merasakan hal itu. apa karna aku ……….!!!.
Katanya Tuhan maha pengisih. Dia sendiri menjajikan kebahagian pada setiap mahluk ciptaan-Nya tapi penderitaan demi penderitaan terus mengiri tiap langkahku. Apakah aku yang salah atau tuhan sendiri yang sengaja membiarkan semua ini. Bakan Tuhan yang mengatur semua yang ada di muka bumi. Berarti aku robot yang dikendalikan tuhan. Berarti tuhan sedang bermain-main dengan nnasip yang kujalani selama ini. Tuhan berikan jawaban atas kegalauwan ini.
Kata Tuhan maha pengasih terhadap ciptaan-Nya. Pengasih berarti dia tak akan membiarkan mahluknya berada dalam penderitaan. Tapi mengapa berbeda dengan apa yang aku alami. Aku kering dengan kasih sayang-Nya. Ada banyak alasan kana aka berkati seperti ini, karna aku merasa Tuhan tidak bisa memberikan aku kasih sayang dan kebahgiaan.
Sebenarnya bukan aku saja yang mengalami persoalan ini. Banyak orang di seantero bumi ini yang mengalami nasip seperti aku. Namun kebanyakan mereka pasrah terhadap takdir-Nya. Persoalannya bukan maslah takdiri atau bukan. Betulkah tuhan menjadikan kita robot, yang sengaja Ia ciptakan. Pertanyaan ini nanti akan kita temukan dalam kitap yang Tuhan ciptakan.
Tuhan tidak akan mengubah nasip suatu kaum, kecuali dia mengubahnya. Pertanyaan di atas telah terbantahkan oleh Tuhan. Akan tetapi yidak sebatas itu kita pasrah dan menisbatkan nasip karna kita tidak mempunyai kemaun “kemauan untuk lebih baik” namun sering kali kita pasrah, ini sudah menjadi takdiri-Nya.
Seorang pengemis dia dengan terpaksa mengadaikan harga dirinya, dan menadahkan tangan sekedar sekeping rupiah untuk menganjal pereutnya. Dia tidak akan pernah berfikir, dan mempertanyakanb keadaannya. Sehingga tak jarang tangan-tangan manusia yang bisa memberikan rupiah adalah penolong sejati “Tuhan”. Lantas jika Tuhan memang memilki kepedulian dan kasih sayang pada tiap makluknya, kenapa dia harus menghinakan ciptaannuya di hadapan ciptaan-Nya sendiri.
Perbedaan nasiplah yang menjadikan mereka dalam posisi seperti itu. akan tetapi lebih parah terkadang kita tidak pernah peduli pada keadaan mereka sehingga kita cenderung apatis terhadap keadaan yang dialami mereka.
Lebih parah ketika ketergantungan yang ada pada si pengemis menjadikan mereka “sebagai penentu”. Mereka tidak pernah berfikir akan adanya Tuhan diluar dirinya yang terpenting mereka bisa mekan dan memenuhi kewajiban memeberi makan pada anak-anaknya.

Kamis, 06 November 2008

KISAH DALAM PELTIHAN JURNALIS
Semua orang pada dasarnya berkeingin menjadi penulis. Akan tetapi tidak semua orang bisa “melakukan” menulis, dalam artian menulis secara baik dan benar. Ketika aku bertanya kepada orang yang sudah banyak menghasilkan karya pada umumnya mereka tidak memberkan spisifikasi yang kongkrit, “banyaklan baca dan menulislah, tuangkan segala yang ada dalam benak”.
Aku tidak pernah mendap jawaban yang bisa rinciperngkat mekanik kompoter yang bisa diklasifikasikan “Memori, Hardis, Mainbord, CD Rom Monitor” dll. Orang-orang yang sudah berkelibar dalam dunia kepenulisan hanya memberikan pemahaman yang bersifat universal “perbanyaklah baca”.
Semenjak kecil aku menyukai dunia informasi. Seperti info berita dari radio TV dan lainnya. Ketika itu saat aku bermain dengan teman, waktu itu aku masih belum punya radio. Ada tetangga aku yang memilki radio, aku sering ada di rumahnya sekedar mendengarkan berita atau musik.
Adanya berita di diradio hanya pada waktu-waktu tertentu. Pagi pada pukul 07.00. Siang pada pukul 11.00-11.15 / 12.00-12.15. Wib waktu itu. Pada pukul 14.00 siang, aku menengarkan sebuah acara “surat muhbah”.
“surat muhibah” acara itu merupakan sebauh
Sabtu, 25 Oktober 2008. Sebuah Angkot (len) TSG memasuki pintu gerbang UIN (Universitas Islam Negeri) Malang. mobil itu bergerak perlahan, dan berhenti menghadap selatan tepat di depan gedung SC Sport Center (SC). Suasana depan gedung terlihat lengang. Hanya beberapa anak terlihat berlalu-lalang, mereka menutup wajahnya dengan buku untuk menghindari sengatan matahari. Memang pada siang itu cuaca cerah. Tak ada mendung. Hembusan angin sesekali menim bulkan debu.
Gedung (SC) memilaki tiga lantai. Lantai satu sebagai pusat segala aktifitas mahasiswa. Di lantai satu inilah segala kegiatan Organisasi Intra kampus (OMIK), mulai dari MPM (Majlis Permusyawaran Mahasisw), BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), BEM-F (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas, dan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) semua dipusatkan di SC. di sebelah kiri kira-kira 15 kaki dari pintu masuk ada ruang khusus pertemuan. Ruangan ini disebut Ruang Sidang SC.
Di lantai dua terdapat sebuah ruangan yang cuku untuk menampung 2000, mahasiswa. Di sebelah barat terdapat dikor permanen di samping kanan terdapat foto Susilo Bangbang Yudoyono (Presiden RI), fonya gagah perkasa. Bibirnya merah. Terlihat dengan jelas dia tersenyum. Senyum itu seakan menuai harapan bagi penduduk Indonesia.
Dan di samping kiri terlihat foto Yusuf Kalla atau akrap dipangil J.K. sebagai wakil Presiden RI. Penampilannya terlihat sergap, dan pandai bergoyon. Tak jarang ketika menyampaikan pidato membuat audien tertawa.
Dua pasang foto yang menempel itu melukiskan karakter berbeda namun memiliki kesamaan tujuan “memajukan bangsa, meninggalkan keterpurukan menuju bangsa yang berwibawah dan mampu menyejahtrakan seluruh rakyat”. Cita-cita itu disampaikan ketika keduanya masih belum resmi menjadi presiden. Tentu berbeda saat keduanya memegang tampuk kekuasaan. Artinya selogan-selogan itu bukan hanya untuk diopinikan, tapi dibuktikan. Dibalik kesuksesan kepeminpinannya, ada semacam trau matik yang sangat perih dari kebijakan-kebijakan yang diterepkan seperti, kasus BBM yang langsung berdampak pada masyarakat bawah.
Apabila persoalan bangsa ini diumpakan sebuah barang atau rotan dan semacamnya tentu gedung SC yang mempunyai tiga lantai tidak akan muat mewadahinya. Ada banyak ketimpangan dalam relita hidup ini. Pada umumnya masyarakat bawah tidak dapat menolak ketentuan di atasnya. Seperti pemekaian SC pada awalnya SC dirancang sebai tempat pelatihan anak UKM Unior. Akan tetapi karna kebjakan itu kini SC dijadikan tempat berbagai kegiatan, seper seminar, wisuda dll.
Janji awal untuk dijakan tempat pengembangan anak Unior hanya menjadi selogan saja, seperti janji elit politik pada umumnya. Dan segai rakyat yang tidak memiliki kepanjangan tangan yang bisa mempertahankan haknya maka mereka hanya bisa pasrah menerima apa adanya. Melakukan demo percuna hanya akan menimbulkan kesalah pahaman.
Membicarakan trik rekot keduanya tidak akan pernah akan menemukan ujung penyelesaian. Karna pada setiap masing-masing mereka mempunyai alasan, dan pembelaan terhadap apa yang dilakukannya. Kalau persoalan bangsa ini dilukiskan pada dinding-dinding SC tentu akan memunculkan berwarna-warni, seperti warna-warna partai politik yang sangat membingungkan rakyat.
Di sebelah timur disamping jalan S.C terlihat beberapa pekerja proyek sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ada lima orang pekerja sedang mendirikan kawat bangunan. Hampir saja kawat itu roboh karna orang yang mendirikan tidak bisa menyeimbangnya. Tapi itu hanya kehawatiran sesaat saja. Kemudian para pekerja berhasil memasukkan kwat itu pada sebual lobang yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Para pekerja itu terlihat begitu bersemangat. Dia melakukan pekerjaannya dengan bangga. Meski terkadang banyak yang menyepelehkan mereka. Karna dianggap pekerjaan tukang, sebuah pekerjaan yang hina. Tidak seperti para pejabat yang setiap saat terlihat rapi. Setiap orang yang melihatnya akan mengaguminya. Bahkan tak jarang orang sering memberikan penghormatan yang lebih pada seorang pejabat.
Padahal kalau kita sadar pekerja keras seperti tukang adalah pekerjaan yang mulia “lebih terhormat”. Tukang tidak pernah korupsi uang negara. Lain halnya seorang pejabat yang sering mengkorupsi uang rakyat.
Jarum jam menunjukkan pukul 01.15 wib. terlihat enam oarng anak (Roli, Naseh, Jusram, Muklasin, Iva, dan andre) sedang duduk dan berbincang-bincang di amperan SC. Keenam anak itu adalah anggota UKM INOVASI. Merka sedang menunggu anggota yang lain yang belum datang.
Tepat di depan pintu masuk dua satpam sedang dudu di sebuah kursi menunggui anak yang akan mengambil kunci UKM. Tepat di atas meja terlihat beberapa keoran, Jawa Pos, Kompas, Radar Malang. Dua gelas berisi kopi ada di samping kiri meja. Kepulan asap rokok menyembur dari hidung dan mulut kedua satpam. Tangannya meraih gelas yang berisi kopi, sesaat kemudian satpam itu menenggaknya. Kemudia kedua satpam itu terhat sedang membincangkan sesuatu. Pandangan matanya tertuju pada sebuah berita yang ada di koran, namun hal itu tidak seberapa lama. Sambil melanjutkan perbincangan yang barusan terhenti keduanya membolak bolik-balik koran yang ada di depannya.
“ Yang lainnya mana kok belum juga datang” ungkap Roli PU UAPM INOVASI. Wajahnya terlihat mengerut. Sorotan matanya meredup. Sesekali dia memperbaiki tas yang sedang dipanggulnya. Ada beban berat yang berkecamuk di batinya, seberat tas yang berisikan Leptop buku dan beberapa materi pelatihan akan disampaikannya nanti.
“gak tau, kesepakatan kemaren kita kumpul sebelum pukul 12.00. dan pukul 13.00. berangkat” ungkap Jusram salah satu dari keeanam yang sedang duduk di amperan SC. “Fitri mana coba di SMS “ suara Roli serasa amat berat. “sudah barusan saya SMS, masih ada di jalan”, suara lembut mengalir dari Iva. Suara itu mengheningkan suasana, sesaat semuanya terdiam.
Iva adalah salah satu wanita yang cekat dan murah senyum. Kekeritisannya tak jarang membuat sesama anggota terkagum-kagum padanya. Bukan hanya itu saja, banyak sisi yang membuat gadis yang belum genap 20 tahun ini dikagumi oleh anggata UKM dan bahkan orang-orang diluar UKMpun akan merasakan hal yang sama bila melihat gadis ini.
Iva memiliki kilit putih. Di sela bola matanya yang buta terdapa bulu mata seperti bunga tanjung, mekar bercaha, Hidungnya mancung. Alisnya terlihat menipis dan rapi, seperti orang yang sering melakukan perawatan ke salon setiap saat. Namun dia bukan tipikal gadis yang sering membuang-buang duit, sekedar melakukan perawatan tubuh demi memper ndah tubuh. Keindahan wajahnya alami. Setiap orang yang memandangnya akan jatuh tersipu. Semua anggota mengakui akan kesempurnaan yang melekat pada diri Iva.
Keindahan wajahnya dan sikapnya yang ramah pada setiap orang sering disalah artikan. Andre asalah satu dari sekian lelaki yang memiliki kedekatan pada Iva. Andre memang menaruh perhatian yang lebih pada Iva. Dan kedua mahuk yang berlainan jenis ini terlihat akrap. Setiap kali bertemu di UKM keduanya menghindar dari keramaiyan, sekedar ngobrol-ngobrol atau saling curhat satu sama lain.
Andre memang telah jauh melampui perasaan dan arti kedekanya pada Iva. Disetiap kesempatan Andre sering curhat pada jusram teman satu kosnya, bahwa dia benar-benar jatuh cinta pada gadis itu. Tak jarang di UKMpun sering bertukar pikiran dengan teman-teman satu UKM, mengenai apa yang dirasakannya.
Andre adalah seoarang laki-laki yang lugu, dan karna keluguannya dia terkadang terlihat culun. Dia benar-benar telah buta karna cinta. Akan tetapi dia bukan laki-laki yang beruntung yang setiap saat bisa meraih setiap apa yang dia impikan. Cintanya bertepuk sebelah tangan.
Waktu menunjukkan 13.15. wib. Tapi anggota yang sedari tadi ditunggu-tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Perbincangan yang terhenti oleh suara Iva kembali berlanjut. “siapa yang tau tempatnya” Roli menanyakan pada keenam anak yang sedang duduk-duduk. “gak ada yang tau mas, saya kemarin berencana lihat-lihat tempatnya sama Fausia tapi dia dak bisa, tapi katanya ada temannya yang akan yang jadi petunjuk jalan” tegas Andre.
Kemudian Roli menghubungi Fausia lewat henpon. “Ayo ndeuk sudah ditungguin sedari tadi”. Selang beberapa saat kemudian fausia terlihat mengayuh sepeda Meni berwarna biru, menuju depan SC. setelah sampai di depan SC dia memarkir sepedanya tepat di sebelah angkot di samping teras SC. “kamu masukkan saja sepedamu ke UKM” ungkap naseh sembari goyon.
Kemudian beberapa anggota menyusul datang, seperti Fitri dan Maria Ulfa. “sori mas takkira berangkat pukul 14.00.wib. “lo kata sipa berangkat pulul dua”, sambung PU. Memang sesuai kesepakatan anak-anak harus kumpul sebelum jam 13.00. sesuai kesepakatan pada hari jum’at. tapi karna Fitri dan Maria Ulfa tidak ikut waktu rapat terakhir hari itu jadi mereka tidak tau.
“benar mas saya minta maaf, tadi saya ketiduran tak pikir berangkat pukul 14.00. juga” ulfa dengan suara khas yang genet dan tak jarang sikapnya yang blak-blakan menjadikan suasana meriah dan menjadi penyemangat bagi anggota yang sedang capek atau sekedar sumpek oleh beban reportase. Tapi tak jarang juga karna sikapnya yang cuap-cuapan membuat angga yang lain terganggu. Namun karna sudah menjadi karakter maka semua anggota memakluminya.
“Udah kumpul semua” tanya Roli
“ya sudah mas” semua yang hadir serempak menjawap.
“Ayo masuk mobil” Roli memerintahkan pada semuanya untuk masuk mobil.
“tapi tunggu dulu mas” sele fau sia, kemudian dia mengajak andre untuk menghidupkan kendaraan “motornya” sebentar kemudian dia sudah ada di belakang andr, kedaraan melacu dengan cepat.
Andri adalah pengemudi sepeda motor yang lihai, sesekali dia terhat mering membuat orang yang melihatnya khawatur sebentar tegak melewati jalanan yang berliku di sekitra kampus. Setelah beberapa detik sudah tidak kelihatan.
“ Emang ada apa lagi” tanya roli.
“ Menjemput teman yang akan menjadi petunjuk jalan” ungkap naseh coor dinator pelatihan filsafat. Tidak seberapa lama kemudian dia andri muncul diirinng seorang laki-laki yang mengendarai motor Yamaha jupiter.
“ Ayo cepat masuk mobil !!, siapa saja yang ikut motor.
“ Cuma berempat mahmudi dengan pray. Junika dengan andre” senggah Iva dari dalam mobil.
Tepat 13.35.wib angkot TSG melaju meninggalkan SC. para pengendara bermotor menjadi petunjuk kalan. Selang sesaat kemudian Uin telah dinggalkan. Pengendara motor tak jarang sering berhenti karna menunggu laju angkot pelan. Perjalan ditempuh sekitar 10-20 menit.
Pukul 13.40. peserta tiba di perumahan Cemara Tdar sakti. Lingkungan perumahan itu terlihat tertata rapi. Di sebelah utara jalan sekitar 20 m terdapat sebuah kolam. Ditengah kolam terdapat sepasang patung laki-laki dan perempuan yang berdiri sebelah tangannya saling melipat ditubuhnya masing-masing dan yang sebelah memegang sebuah bunga dan tunggu. Bunga dipengan oleh perempuan dan sebuah tungku dipegang oleh laki-lakinya. Di sekitarnya dikelilingi beberapa burung sebangsa Itik. Air kolam itu terlihat membiru dan terdapat banyak jamur. Tinggi kolam penampungan itu sekitar di atas pusar. Ukuran tepi tidak begitu lebar tapi untuk diduduki agak nyaman. Namun harus hati-hati karna kalau tidak maka baju akan basah karna mesuk kolam.
Ternyata tempat pelatihan tidak jauh dari pusat taman itu. Hanya sekitar 2/3 menit ditempuh dengan nauk mobil. Dan sekitar 5 menit kalau jalan kaki. 13.43. semua anggota tiba disalah satu kontrakan yang akan menjadi tempat pelatihan. Rumah itu menghadap selatan. ukurannya tidak besar dan terlihat kecil. Di samping kanan terlihat beberapa tanaman hias, dan beberapa tanaman toga. Pasa didekat tanaman itu terdapat Pet air. kemudian satu persatu anak-anak turun dari angkot. Sebagian menurunkan bawaan seperti kelengkapan, papan tulis, beserta alat tulisnya, dan beberapa camilan.
“ lo ini tempatnya, kok kecil yaaa?” ungkap junuka.
“ lo ada orangnya” tiba-tiba Ulfa mengendap-gendap masuk kedalam.
“ ya terus masuk” tuan rumah menyilahkan semua anggota masuk.
Empat anak yang mengeendarai motor tiba lebih awal, selisih 2 menit. Saat yang lain baru turun dari angkot keempat anak itu telah ada di serambi belakang rumah. Ada beberapa pelaralatan seperti piring dan alat memasak serta dua kompor. Disudut ada pet air. Ada sebuah pembatas setinggi lutut. Di atasnya terdapat sebuah rafiah tempat menjemur pakaian. Pada saat itu terdapat sebuah cucian yang masih menumpuk belum dijemur.
Setelah semua ada dalam satu ruangan mereka menaruh tasnya di lantas. “masukkan kedalam” suara pemilik rumah terdengan dari sebuah kamar sebelah kanan. Dia sedang mengotak atik komputer. Kulitnya hitam manis. Hudungnya mancung seperti orang turis dari AS. Rambutnya ikal. Dia memakai kopya. Kumisnya yang tipis menambah manis ketika tersenyum. Jenggotnya tebal tapi tertata rapi sehingga tidak terkesan seperti orag jenggot umumnya, yang sering acak-acakan.
“ Lo gimana kabar kamu ?” roli seraya berjatan tangan. Dia baru saja bertemu dengan teman lamanya.
“ gmana karmu rol” tanya mepilik rumah itu.
“ ya masih sepertu ini, tidak seperti kamu yang sekarang sudah penya kesibukan” tegas roli serambi menurunkan tas dari pundaknya. Kemudian dia duduk di depan komputer berdampinagan dengan pemilik rumah. Ternyata mereka adalah teman lama. Selang beberapa saat terdi obrolan yang serius. Tapi itu hanya sebentar. Karna setelah itu acara pelatihan segera dimulai.
Tepat 13.45. acara dibuka oleh roli. Dia berperan sebagai pengampu sekaligus PU INOVASI. Awal pembukan roli menyempaikan ucapan terimakasi kepeada pemilik rumah “saya mengucapkan banyak terimah kasih karna tuan rumah telah memberikan ruangan runah ini ditempati kita”
“ya sama-sama” ungkap pemilik rumah itu, dia tete[p tidak keluar dari kamarnya sedang asyik dengan komputernya.
“anak-anak nangkeni tiap minggu” sela roli sambil tertawa kecil.
selang beberapa saat terdengar bunyi kendaraan motor Fis. Motor itu berhenti tepat di depan rumah langsung masuk kepekarangan. Terlihat seorang laki-laki berjalan sedikit agak pincang.
“permisi” laki-laki itu melewati anak-amak yang sedang duduk mengikuti peltihan. Pelatihan masih belum berjalan lama. Laki-laki itu sudah datang. Kemudian dia masuk kamar di seblah krir. Terlihat sedang mengambil sesuatu. Setelah itu dia kelau dan masuk ke kamar sebelah kanan. Sekitra 3 menit dia ada di dalam. Kemudian pemilik dan yang baru adtang pamut menunggalkan rumah.
“ tak tinggal dulu semua, ayuuu Rol”pemilik rumah pamit sembari meninggalkan para peserta yang sedang diasah dengan kajian-kajian filsafat.
“ ya ya” sahutt semua pserta yang ada di tempat itu begitu pula dengan Roli.
“ thuli onthur (cepet pergi)” fausia dengan lughat Madura menegaskan pada pemilik rumah untuk segera meninggalkan rumah.
Pemilik rumah terlihat sangat akrab dengan fausia. Dia adalah temannya. Saat fau sia mengucapkan lughat Madura para peserta hanya terdiam terlong-longok (tidak mengerti) terhadap apa yang dia ucapkan. Fausia bukan anak maduara tapi dia fasih berbahasa maduara. Dia berasala dari probolinggo. sebagai penanggung jawab dari terlaksananya pelatihan filsafat jurnalis, dia yang bertanggung untuk menyewa tempat.
Fausia tidak hanya sendiri. Dia ditemani Naseh dalam mempersiapkan semua kebutuhan, seperti perlengkapan samapai pada tempat pelatihan. Fausia adalah seorang wanita yang mudah bergaul. Murah senyum. tatapan matanya yang tanjam merupakan kelebihan yang jarang dimliki orang. Kulitnya kuning langsat. Badannya semempai tidak terlalu tinggi dan tidak pendek.
Naseh sebagai patnernya terlihat akrab, keakrabannya tak jarang membuat ngiri setiap yang melihatnya. Tapi untuk menilai keakrabannya terlalu jauh harus berfikir ulang, fausia orang yang memang sangat kompleks. Dia seslau akrab dengan semua temannya, termasuk dengan semua crew UKM INOVASI.
Setelah pemilik rumah keluar dari dalam kamar di sebelah kanan, dia berjalan dengan gontai dengan mekai celana berkopya kain. Selang kemudian, terdengar bunyi kendaraan motor.
“ Dreeen dreen dreeeeeeeeeen….??” Gas Sepeda dimainkan sesaat. Setelah itu bunnyi kendaraan itu tak terdengan lagi, orang pemilik rumah meninggalkan kami semua. Tinggallah di rumah itu pembimbing “Roli” dan semua crew INOVASI yang sedang melangsungkan pelatihan.
Babak pertama diselangai dengan pertanyaan-pertanyaan dari PU INOVASi. Pertanyaan itu sekitar pada permaslahan yang dihadapi oleh anggota. Namun untuk beberapa saat tidak ada satupun yang mengajukan pertanyaan. Semua hanya terlihat merunduk, seperti mencari cela untuk keluar dari permintaan yang menyudutkannya.
“ ayo sekarang temen-temen bertanya, atau curhat saja apa yang membut temen-temen sampai sekarang bingung” Roli kembali memecahkan keadan yang terasa sunyi waktu itu. Tetap saja tak ada yang bertanya. Semua anggota hanya salaing melemparkan pandangan dari satu teman pada teman yang lain. Waktu itu benar terasa hening sesekali hanya senyum malu-malu dari anggota cewek.
“ mas saya malu, karna sampai saat ini saya masih beleu bisa ?” fitri dengan sura yang sumbang seperti dicekam ketakutan.
“ kenapa harus malu ?” kemudia Roli melanjutkan perkataannya.
“ ini adalah kesempatan pada kalian untuk mengasah kemampuan yang telah kalian dapatkan. Pelatihan yang sudah kalian dapatkan mulai jurnalis dasar sampai pada pelatihan jurnalisme sastari itu lebih dari cukup. Kalian bisa Cuma saja kalian malas. Kan sudah saya bilang beberapa kali jangan malas, berusahalah untuk mencoba. Saya dulu juga seperti kalian tidak bisa apa-apa. Dan sekarang saya juga terus belajar, jadi yang pertama yang harus kalian tanamkan jangan malas selalaulah mencoba”. Kata-kata bijak Roli menghangatkan suasana yang sedari tadi bungkam.
“ tapi kenyataan kita belum bisa” ulfa dengan suara genitnya memancing semua untuk tertawa.
“ yaaa mas gimana saya bingung” sambung ulfa disela tawa anak-anak yang melihat kelucuan yang ada pada dirinya.
Maria Ulfa merupakan salah satu anggota perempuan yang memilki ciri khas “lucu” setiap dia berbica sesalu mengundang orang untuk tawa teman-teman. Orangnya polos. Badannya agak pendek dan melebar kesamping, padat berisi tapi tidak gemuk. kalu dilihat dari jauh terlihat padat dengan ukuran badan sekitar 150 cm. kulitnya hitam manis. Muka bulat dengan hidung pada umumnya tidak mancung jaga tidak pesek. Sikapnya blak-blakan. Banyak yang sayang pada dia. Dia tidak hanya mampu membuat teman-temannya tertawa disaat lagi sumpek. Dia juga memeliki potensi yang jarang orang bisa, dia pandai melukis dan membuat karikatur. Tak banyak banyak yang tahu dari kelebihan yang dia miliki, yang diketehui oleh temen-temennya Ulfa hanya seorang yang bisa melucu dan membuat teman-temannya tertawa.
Di sela-sela anak tertawa melihat ekspresi Ulfa seorang peserta laki-laki mengangkat badannya lalu melontarkan komentar.
“ mas kan sekarang kita akan belajar filsafat, giman kalau langsung mas menjabarkannya pada kita” ujar Muklasin dengan suara berapi-apai. Lalu dia merunduk mengambil sebuah buku cata-tannya yang ada di depannya,
“ ya kalian akan ajari filsafat kejurnalistikan” jawab Roli
“ ya ada yang masih dipertanyakan atau kita langsung mulai masuk materi” Roli menawarkan pada peserta untuk bertanya sembari berdiri, dia terlihat dia agak sempoyongan mengangkat badannya. Kemudian dia merai satu alat tulis yang baru saja diisi ulang oleh fitri.
“ Kalau duduk saya kaku” ungkap Roli berdiri sebentar meluruskan badannya sembari menggeliat.
“ suara saya kesendatsendat karna batuk” kemudian dia merungkuk sambil tangannya memegangi kedua lutut terlihat alat tulis seperti mendoakan rasa ngelu karna kurag istirahat.
Kemudian dia duduk lagi, memperbaiki papan di samping kirinya. Dia menggeser-geser papan tulis disampingnya sambil disandarkan pada dinding rumah. Kemudian dia melongok ke atas. Tepat 2 m di atas papan ada satu paku yang tertancap di dinding. Kemudia roli kembali berdiri sampi menggangkat papan yang sedari awal diletakkan di lantau. Setelah itu dia memasang papan itu pada satu paku itu. Ya hanya ada satu paku yang tertancap di didinding. Melihat roli yang memperbaiki papan, dari arah belakang seorang laki-laki maju ke depan. Sosok laki-laki memiliki tubuh jangkung. Memakai baju lengan panjang. Rambutnya gondrong. Kulitnya agak kehitaman tapi terlihat manis. Kalau bicara selalu dengan intonasi yang tinggi dan keras. Laki-laki itu bernama Sahmawi atau kerab dipanggil Awing oleh teman-temannya.
Awing merupakan peserta sekaligus anggota INOVASI. Orangnya cerdas. Kalau berbicara atau berdiskusi selalu berapi-api dan keras. Mungkin pengaruh geoggrafis. Bisa juga pengaruh dari lingkungan keluarga. Kedua kemungkinan itulah yang membuat dia memili karakter yang terlhat keras.
Madura awing berasal dari madura tepatnya sumenep daerah paling ujung timur. Dia tinggal di salah satu paulau yang ada di pulau madura, pulau itu bernama Masa lembu. Memang madura memiliki banyak pulah terdapat sekitar 127. dan yang terhuni sekitar 17 pulau.
Sumenep memiliki banyak potensi sumber daya alam. Sumenep juga terkenal dengan kawasan pesantren. Terdapat banyak pesantren di sumenep. Mulai dari pesantern formal (modren) sampai pada pesantren salaf. Pertumbuhan psantren sangat pesat di kawasan ini. Penduduknya rata-rata alumni pesantren baik itu dari pesantren formal atau sekedar pesantren salaf.
Awing kemudian meraih salah satu paku yang tertancap di sebuah sisi kanan kusin pintu belakang rumah itu.
“ ini lomas paku” dia mencabut paku itu dari sisi kusen itu. Kebetulan paku itu tidak tertancap keras hingga mudah dicabut. Kemudian dia menjulurkan tangannya sembari memberikan paku pada Roli yang berdiri di samping kanannya.
“ Gak usa, biar gini saja agar dingdingnya dak rusak” Roli tidak mengabil paku yang sudah diambil oleh awing. Dia hanya memperbaiki letak papan itu pada susdut diding. Kebetulan paku yang sudah ada di dinding itu jaraknya pas, antara sudut dinding dengan panjang papan. Memang papan itu berukuran kecil sekitar setengah meter. Setelah papan dipasng pas sekali dengan jarak paku yang tertancap di dinding itu. Jadi papan itu disatu sudut menggantung pada paku dan pada sisi sudut yang lain disanggah oleh sudut dinding. Kalau dilihat posisi papan itu tidak lurus, agak miring kalau dilihat dari arah selatan di mana anak-anak sedang duduk meng hadap papan itu. Ya papan itu miring ke kiri. Tapi tidak terlalu mengganggu terhadap apa yang akan disampai oleh penyaji. Wajar kalau miring karna hanya disanggah oleh sudut dinding rumah.
Setelah papan itu bergantung pada satu paku dan disanggah oleh sudut dinding Roli melanjutkan penyampaiyan materinya yang sempat terhenti. Kini dia agak bersemangat menyampaikan materi dengan berdiri, tidak seperti awal acara dibuka dia harus duduk bersila seperti ustat yang hendak mengaji kitab kuning pada. Tapi meskipun dia menyampaikan materi dengan berdiri sesuai yang ia kehendaki dan berusaha sesemangat mungkin, dia tidak bisa menutupi raut wajahnya. Wajahnya terlihat kusup seperti ada beban berat yang tengah ia pikul.
“ maaf kalau keadaan saya seperti ini, semingggu ini saya jarang tidur” dengan pandangan yang sembab Roli menatap para peserta. Senua peserta hanya bisa merundung. Mereka tidak bisa membalas tatapan orang yang ada di depannya yang memil;iki magnet. Di mana setiap saat bisa menelanjangai kesalahan mereka. Rasa bersalah menyelimuti semua anggota INOVASI karna mereka masih belum bisa menulis,-menulis dengan narasi sastrawi”. Tapi dia sebagai PU tetap berusaha untuk menutupi kepayahan yang ia rasakan, sebagi rasa tanggung jawab.
Walau dengan wajah sayu ia tetap menyampaikan materi. Dengan menyandarkan badannya pada dinding kemudian mengupas metode kejurnalistikan dari sudut pandang filsafat. Seperti tujuan awal dari pelatihan “mengupas jurnalis dari sisi filsafat” maka ia mengupas bagai mana sejarah dan lahirnya ilmu filsafat.
Sebelum jau membahas tentang filsafat ia memaparkan terlebih dulu sejarah lahirnya jurnalisme.
“ kita mulai dari lahirnya jurnalisme positifistik, seperti yang telah kalian dapat pada pelatihan PJTD (pelatihan jurnalistik tingkat dasar)”. Roli menganggkat tangan kanannya yang memegang alat tulis, tangan kirinya bertolang pinggang menyioratkan bahwa dia bisa mengatasi keadaannya yang terlihat lusuh, kemudian ia menulis. Menurutnya sebenarnya dalam pelatihan PJTD telah banyak disinggung bagai mana logika berfikir dan sejau mana nalar kalian melihat feomena baik dari sosia maupun aplikasi media memposisikan obyek yang diekposnya.
“ gimana masih ingat” kembali Roli merefleksikan pada pelatihan PJTD pada tahun 2007 di Fila Songgoriti.
PJTD di Songgoriti
Songgoriti adalah sebuah daerah yang terdapat di malang. daerah ini merupakan kawasan wisata. Songgoriti terletak dikaki gunung. Setiap saat pengunjung datang silih berganti. Pengunjung ramai pada akhir pekan saat libura. Selain menyediakan fila penginapan di sanan juga terdapat sebuah hotel. Di tempat masuk sebelah kanan jalan pintu masuk hotel terdapat sebuah bangunan candi. Didekat candi itu terdapat air panas konon katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti gatal-gatal dll.
Setiap pengunjung bisa menikmati nuansa alam yang masih sjuk. Meski kalan raya sudah masuk, jarang terlihat lalu lalang mobil, terkecuali angkot. Tidak seperti di perkotaan yang setiap saat dipadati lalu lalang kendaraan seperti motor dan mobil lainnya.
Di tempat ini setiap pengunjung betul-betul bisa meresakan nuansa yang berbeda. Pemandangan pohon yang hujau. Ditiap sisi jalan di depan pemandian di songgoriti pengunjung bisa menik mati bernekaragam buga yang memang dijajahkan pada setiap pengunjung.
Tapi bagi yang takut anjing di sekitar penjual bunga di pinggir jalan anjing berkeliaran. Tapi hewan itu tidak pernah usil. Hewan-hewan itu seper biasa bersahabat dengan para penjual bunga di sana.
Di sinilah pertama kali anggota diberikan Pelatihan Jurnalistik Tunggkat Dasar (PJTD) pada tanggal 7-12 Septem 2007.
Pada saat itulah awal pertama pandangan teman-teman betul diuji termasuk aku. Aku baru pertama mendapat bentuk pelatihan semacam itu. Pertama sebelum masuk pada teori jurnalistik pada waktu itu teman-teman di brain storming dengan kata lain “pencucian otak”. Ya pada waktu itu pandangan teman-teman termasuk aku betul-betul dikosongkan. Semua yang kita lihat selama ini, yang dianggap benar menjadi salah. Pada waktu itu seakan-akan semuanya digiring pada paham Atheis. Penyaji tidak percaya terhadap kebenaran yang disuguhkan oleh manusia. Semua dianggap sebagai pengekangan semua dianggap penindasan. Karna sikap penyaju pada waktu itu menyalahkan semua argumen dari peserta kemudian salah satu peserta mengajukan pertanyaan.
“ Mas anda percaya dak dengan adanya Tuhan” Wahed salah satu peserta pelatihan PJTD dengan suara lantang mengintrogasi balik terhadap penyaji yang sedang duduk di atas sebuah kursi putih. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan peserta. Dia hanya tersenyum seperti menepis pertanyaan seperti yang ditanyakan oleh peseta lain. Penyaji itu bernama Yudi. Dia hanya mengubah posisi duduknya. Sebelumnya dia menghadap ke utara. Peserta waktu itu duduk lesehan mereka membentuk melingkar L. Peserta pada waktu itu lumayan banyak sekitar 22 orang.
Kemudian penyaji itu merubah arah duduknya. Kakinya kanannya diangkat diletakkan di atas lutut kirinya. Dia memiliki penampilan yang menarik. Rambutnya ikal agak gondrong. Kulitnya sawo mateng. Hidungnya mancung. Waktu itu dia memakai jeket bercorak sawu di samping kiri dadanya tertulis “Unit Aktivitas Peres Mahasiswa (UAPM) dan di bawahnya tertulis dengan huruf yang lebih kecil “memihak nurani”.
Setelah itu dia baru menjawab pertanyaan dari peserta.
“ masih ada yang dipertanyakan” penyaji itu menyilahkan bagi para peserta untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian dia mengambil di samping kirinya yang hampir mati. Kemudian dia menhisap rokok yang hampir matu itu, sesaat kalau dilihat cara menghisapnys seperti dipaksakan. Tak ada asap yang keluar, tapi dia tetap memaksa menghisapnya. Setelah berulang kali tapi tetap juga tidak mengeluarkan asap. Rokok itu sudah mati karna terlalu lama di taruh dibawah. Setlah sadar rokoknya mati kemudian dia berdiri beranjak dari kursi yang diduduki sejak tadi. Tangannya kanannya mereba saku celana mencari korek api. Tangan kirinya menepuk saku baju sampai saku celananya. Rokok yang mati itu masih menepil dibibirnya, seperti sepasang kekasih yang dimabuk kasmaran. Berapa saat kemudian dia berhasil menemukan korek yang dicarinya di dalam saku celana belakang di samping kiri. Rokok itu kembali dibakar setelah sejenak merasakan ketengan ditinggal pemiliknya. Rokok itu hanya pasra dilumat oleh bibir yang engan melepasnya. Penyaji itu sejenak menik mati setiap hisapannya. Asap mengepul keluar dari hidung dan mulutnya. Dia tengadah tatapan mata tidak lagi tertuju pada peserta yang duduk di depanya. Dia sedang matap kaosong pada langit-langit fila. Dia seperti memutar otak sambil memain-mainkan hembusan rokokkya.
“ Udah gak ada yang ditanyakan lagi” dia kembali manatap pada semua peserta di depannya.
“ Oke saya jawab pertanyaan saydara, siapa tadi yang bertanya?” dia mencari-cari peserta yang penanya tadi.
“ Saya “ wahed bersuara sambil mengacungkan tangan.
“ Nama kamu siapa” penyaji itu mengernyutkan muka sambil tersenyum.
“ Wahed” wahed menyebutkan namanya.
“ Saya percaya Tuhan itu ada” dia menjawab dengan simpel.
“ Terus kenapa anda tidak percaya dengan kebenaran” wahed terus mendesak. Dia tidak puas dengan jawaban yang diberikan.
“ Kamu sendiri tau apa kebenaran itu? “ penyaji itu balik bertanya.
“ Apa kalian mengerti, apa kalian pahan apa yang dimaksuk kebenaran” suaranya mengeras raut muka, seperti mengabaikan kondisi peserta yang kebingungan. Semua peserta hanya terdiam. Mereka salaing menatap. Mempertanyakan tentang konsep kebenaran yang selama ini pahami.
“ Kenapa terdiam” penyaji itu menatap semua peserta yang tengah kebingungan.
“ Kalian tidak pernah tau apa itu kebenaran, kalian hanya mengamini presepsi umum tentang kebenaran, padahal kalian tidak pernah menemukan sendiri hakekat kebenaran”. Penyaji itu membuka cakrawala fikir para peserta.
“ Apa selama ini kita salah mengamini tentang kebenaran dari orang” Iva menanyakan tentang keyakinan terhadap kebenaran yang selama ini ia pahami. Matanya terlihat berkaca-kaca, mukanya memirah.
“ Kalian punya fikiran untuk mengukur semua itu” penyaji itu tidak memberikan sebuah spisifikasi yang kongkrit. Dia hanya memberkan pandangan yang bersifat umum. Tentu saja peserta semakin bingung.
Kemudian pada sesi akhir brain storming penyaji (Yudi) memberikan sebuah pandangan yang juga membuat peserta pusing tujuh keliling. Dia memaparkan bahwa semua realita yang dihadapi ini bukan untuk diamini begitu saja. Jangan pernah menerima sebuah kebenaran dari seseorang sebelum kalian menemukannya sendiri. Jangan setuju pada sebuah kesepakan umun tentang apapun, karna semua itu belum tentu benar.
Kalian adalah kader jurnalis. Ditangan kalianlah opini pablik ditentukan. Jangan sesekali percaya pada satu sumber dalam menerima apapun terlebih dalam melakuakan liputan. Verifikasi semua data yang telah diperoleh.
Inti dari penyampaian dari penyaji adalah untuk membuka wacana fikir. Mengasah nalar, sejauh mana dia mampu merefleksikan sebuah kondisi sosial yang semakin rentan dan dimonopoli oleh penguasa.
Pukul 09.15 wib. acara pertama usai. Kemudian pada acara selanjutnya membahsa kejurnalistikan. Semua konsep dan cara mengalis sebuah informasi diajarkan kepada anggota INOVASI angkatan 2007/2008.
Di songgoriti Pada Pelatihan Gebyar Jurlisme Sastrawi se-Indonesia.
Pada tanggal 4 – 15 Desember 2007, Ukm (UAPM Inovasi) mengadakan acaran besarbesaran, Gebyar Jurlisme Sastrawi se-Indonesia yang ditempatkan di songgoriti.
Terselenggaranya acara Gebyar Jurlisme Sastrawi se-Indonesia bekerjasama dengan lembaga YAYASAN PANTAU Jakarta. Pantau mereupakan sebuah lembaga Pers & sekaligus bergerak sebagi kontrol terhadap perkembangan Pers yang cendrung mengutakan laba - dalam istila perfileman disebt reting. Pantau hadir sebagai penjaga dan berusaha mengembalikan makna dan tujuan pers sabagi wadah temapat tersalurkannya aspirasi yang tidak tersentuh oleh penguasa.
Liputannya pun pamjang-panjang. Enak dibaca. Sebagai kontrol pers pantau juga menganalis bagaiaman sebuah lembaga pers melihat sebuah fenomena yang di inklud dalam dunia jurnali “pemberitaan”. Pada sebuah edisi 10 2001, PANTAU meliris bagaimana sebuah media memberitakan konflik yang terjadi di kubu banser “NU” sebagai pendukung Gusdur. Pada edisi ini pantau melihat bagaiman Kompas memberitakan isu yang menjadi sorotan seluruh komponen bangsa (baca pantua edisi 10 2001).
UAMP INOVASI sebagai media aspirasi mahasiswa melukan kerjasam Lembaga PANTAU, tidak lain untuk melahirkan jurnalis yang betul-betul mengetahui dan memiliki tanggungjawab moral sehingga dalam pemberitaannya tidak merugikan masyarakat pembacanya.
Sebagai wadah aspirasi mahasiswa INOVASI dengan jargon memihak nurani memili andil penting untuk melihat realita yang ada di kampus dan indonesia pada umumnya. Bagaimana peristiwa “realita” dikemas dalam pemberitaan. Santai dan enak dibaca oleh penikmat-nya.
Kerjasama dengan PANTAU merupakan langkah awal bagi INOVASI untuk mereduksi keilmuan “kejurnalistikan” yang diterapkan oleh PANTAU.
Ketentuan pania mengenai peserta :
peserta dibatasi 20 orang.
Menyetor tulisan naratif diskiptif minimal 4 ditulis New Roman dengan satu setengah sepasi.
Bersdia mengikuti seleksi.
Tulisan harus diterima seminggu sebelum hari H.
Tulisan bisa diantar langsung ke redaksi UAPM INOVASI atau melalui alamat email sesuai di proposal undangan
Semua ketentuan-ketentuan tidak dapat diganggugat.
Pemberangkatan Peserta, Dalam Bingkai Uin.
Pagi itu mendung tipis berkebat melintas di atas gedung megah UIN Malng. Sinar matahari hanya bisa dirasakan dari celah pohan rindang di depan Rektor Uin yang masih dalam tahap penyelesaiyan pada waktu itu. Terlihat beberapa tukang tengah melakukan pembersihan kaca di sebelah selatan berkisar di lantai tiga.
Uin memang wah “megeh”. Bangunan yang awal-nya seperti SD kini berubah drastis menjadi gedung-gedung pencakar langit. Semua orang pangling melihat beruhan infastruktur Uin.
Memang Uin dalam sejarah perjalanannya banyak melakuakn gebrakan yang mencengangkan, mulau dari pergantian nama, IAIN, STAIN, UIS, dan menjadi UIN sekarang-Infrastrukturnya. Kalau kita cermati dari setiap perubahannya, memiliki banyak cerita tersendiri. Tapi aku tidak akan ceritakan hal ini.
Perubahan Uin secra umum tidak lepas dari peran top ledernya Imam Suprayogo selaku Rektor. Tangan dingin dia menjadi kepanjangan pada tiap pundi serta persendian pencakar langit Uin malang.
Pada satu sisi mahasiswa bangga dengan apa yang dicapai Uin. disisi lain mahasiswa kecewa terhadap realita yang mereka rasakan. Mereka hanya bisa melihat gedung-gedung pencakar lagit. Bangunan itu bukan untuk perkuliahan. Tapi untuk perkantoran.
Mahasiswa sendiri tidak dapat berbuat apa melihat realita

Minggu, 21 September 2008

MEDIA UIN I-BLOGGER.IMUT: KEMANA KAMI HARUS MENGADU

MEDIA UIN I-BLOGGER.IMUT: KEMANA KAMI HARUS MENGADU

MEDIA UIN I-BLOGGER.IMUT: ALOKASI DANA PRAKTIKUM DARI MAHASISWA UNTUK SIAPA !!!!!!!!

MEDIA UIN I-BLOGGER.IMUT: ALOKASI DANA PRAKTIKUM DARI MAHASISWA UNTUK SIAPA !!!!!!!!

MEDIA UIN I-BLOGGER.IMUT: KOMENTAR “ANALIS” TERHADAP BUKU

MEDIA UIN I-BLOGGER.IMUT: KOMENTAR “ANALIS” TERHADAP BUKU

KEMANA KAMI HARUS MENGADU

Oleh: Mahmudi
Olah : Paramaan-gpr@yahoo.co.id
Dalam sejarah pengenalan terhadap lembaga mulai tingkat SMP-PT (Perguruan Tingggi) selalu diwarnai perlakuan tidak menyenangkan dari senior kepada Unior. Berubahnya OSPEK (Orentasi Pengenalan Kampus) menjadi OPAK seperti yang diamanatkan UUD Derjen Mentri Agama RRI Nomor : Dj.I/255/2007 mengamanatkan bahwa kegiatan opak lebih mengarah pada Akademik. Numun perubahan itu tidak hanya berupa bentuk dan tulisannya saja kenyataan di lapangan sama saja.
Kegiatan OPAK (Orentasi Pengenalan Akademik) merupakan upaya pengenalan lebih dekat mengenai sistem dan tredisi dalam kegiatan kampus “akademik” kepada MABA (Mahasiswa/i Baru), maka selayaknyalah di dalam kegiatan OPAK untuk mengedepankan sistem kedisiplinan yang tinggi kepada mahasiswa baru khususnya.
Akan tetapi realitas yang ada di lapangan kegiatan OPAK sering mengarah pada perlakuan fisik berupa kekerasan. Jelas dalam kegiatan OPAK sendiri telah diatur dengan jelas bahkan dilindungi oleh UUD sendiri. Dalam surat keputusan Derjen Mentri Agama telah dijelaskan bahwa kegiatan OPAK adalah suatu kegiatan yang mengutamakan pada pengenalan akademik. Jadi ketika terjadi perlakuan fisik hal itu telah keluar dari apa yang diamanatkan oleh UUD tersebut.
Dalam kegiatan OPAK ada tim yang memiliki peran yang sangat urgen seperti tim Pendamping, DISMA (Displin Mahasiswa/i) Advokasi, Pengugasan, itulah tim yang paling memiliki peran penting di lapangan dan memiliki kedekatan terhadap mahasiswa. Namun yang paling menonjol dan ditakuti oleh mahasiswa adalah Tim DISMA, dimana tim ini merupakan penegak disiplin/ untuk mendisiplinkan mahasiswa. Namun yang menjadikan mahasiswa takut adalah sikap disma yang sering kali ofer ekting, bahkan tak jarang terjadi perlakuan yang tidak mengenakan, seperti pemukulan, hal inilah yang amat disayangkan. Padalah secara akademik kekerasan fisik bukan bagian dari tujuan Opak itu sendiri.
Lantas kenapa kekerasan di lapangan sering terjadi ? hal ini tidak lepas dari lemahnya pemahaman dari tim itu sendiri/mereka kurang bisa memahami tema atau amanah dari OPAK kali ini. Atau mereka tidak memiliki gagasan lain selain kekerasan, hal ini amat naif. Semestinya ada cara yang lebih relefan mengenai sangsi tentunya harus disesuaikan dengan pelanggaran itu sendiri. Mahasiswa baru dalam hal ini bukan objek yang harus menjadi sasaran kemarahan dari DISMA.
Mahasiswa/i baru juga dituntut aktif untuk selalu bertanya dan mengetahui bahkan paham terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Jika memang dia merasa diperlakukann tidak adil maka mereka harus membela diri, dalam hal ini mahasiswa memilik saebuah pengayom atau disebut dengan Tim Advokasi. Tim Advokasi ini adalah sebuah tim dimana bertangungjawab dan membela hak-hak mahasiwa dan harus membela kepentingan mahasiswa/i itu sendiri. Namun banyak mahasiswa yang tidak tau terhahadap tim Advokasi, sehingga mereka cenderung pasrah dan menerima setiap perlakuan Disma.
Perlawanan yang dilakukan oleh maba Rabu 27/08, saat apel pagi merupakan bentuk kongkrit kurang pahamnya MABA terhadap peraturan dan tata cara bagimana seharusnya mereka menyalurkan keluhan dan unek-uneknya terhadap panitia.
Saat ada Mahasiswa Baru curhat pada tim disma suatu hal yang lucu. Disini letak ketimpangan, dan dis fungsi jobdiscreption. Anehnya dari tim advokasi kurang memberikan arahan kepada mahasiswa bagaimana seharusnya dan pada siapa mereka mengadu sehingga lagi-lagi MABA yang dirugikan.
Singkatan2 yang perlu diingat peserta.
OPAK : Orientasi Pengenalan Akademik tok.
OPAK : Orientasi Perpeloncoan Anak Kampus.
OPAK : Orientasi Pengkaderan Aktifis Kampungan
OPAK : Orang Pemberani Akan Kena Musibah
OPAK : Orang Penakut Akan Kena musibah juga, cape deh..!
DISMA : Dinas Mahkamah Agung
DISMA : Disiplin Itu Sebuah Malapetaka
DISMA : Disma Juga Manusia. Betul….!
MAGBALONG : Mikir Aja ngak Boleh Apalagi Ngomong. (Kalo Nulis Boleh Kaannn……?)