Sabtu, 23 Agustus 2008

KOMENTAR “ANALIS” TERHADAP BUKU



Perubahan Sosial Dalam Perspektif Al-Quran.

Isalan telah meletakkan dasar-dasar umum cara bermasyarakat. Di dalamnya diatur hubungan antara individu dengan individu, antara indifidu dengan masyarajat, antara satu komonitas masyarakat dengan komnitas yang lainnya. Aturan itu mulai yang sederhana sampai kepada yang sempurna, mulai dari hukum berkelurga sampai bernegara1.

Isalam sebagai rahmatan lil-alamin telah memberikan mekanisme dalam semua lidi kehidupan. Setiap mekanisme tersebut semua mengacu pada landasan Al-Quran dan Al-hadits. Apa bila dalam kedua pedoman Al-quran dan Al-hadis tidak ada “tidak menemukan kejelasan” maka diambil dalam suatu musyawarah kemufakatan berupak ijma’ ulama’. Dalam ijmak ulama’ inilah landasan islam memperlihatkan bahwa isalam menjung-jung tinggi asas demokrasi.

Apa yang terdapat dalam buku ini merupakan sebuah apresiasi terhadap islam. Dimana setiap kajian sosiologisnya banyak mengacu pada landasan al-quran dan al-hadis. Dalam kajian buku ini banyak mengacu pada sjarah perkembangan ummat pada masa-masa sebelum Nabi Muhammad SW.

Dan pendekatan teori yang diambil tetap mengacu pada nilai-nilai islam. halaman 4-5. Dalam hal ini juga dibahas tata cara bersosial. Al-quran memberikan gambaran bahwa manusia diciptakan Tuhan tidak dalam arti sama dalam segala-galanya. Manusia diciptakan dengan jenis kelamin yang berbeda, tempat tinggal dan etnis yang berbeda. Adari adanya perbedaan ini meraka diperintahkan saling mengenal. Akan tetapi Tuhan pun memberikan peringatan bahwa yang terbaik adalah mereka yang mampu memelihara diri (bertaqwa)2.

Konsep al-quran tidak pernah terlepas dalam setiap sub bahasan dalam buku ini. Disini juga dibahas mengenai perbedaan paham yang unik yang bisa berjlan tanpa saling mencedrai satu sama lain, seperti dibahas dalam huku-hukum sosial kamasyarakatan. Sentilan sentilan ayat al-quran selalu mewarnai.

Sosiologi : Sebagai Ilmu Sosial

Ketika ilmu sosia dituntut untuk menjadi sebuah sains maka segala usaha ditujukan pada pencapaian derajat keilmiahan (scientific), seperti ilmu pengetahuan alam sehingga ilmu sosial mengikuti prosedur agar mendapatkan kerangka ilmiah. Namaun, persoalan mendasar yang menjadi ganjalan ialah manusia itu selain makhluk yang berkesadaran, juga hidup dan berkembang sehingga memahami manusi tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi harus memahami masyarakat dan kebudayaannya. Perbedaan kedua disiplin ilmu itu sangat signufikan, oleh karena itu generalization merupakn kesalahan besar (the big mistake) dalam ilmu sosial3.

Ketika kita membaca kutipan pada sampul buki ini, seperti tertulis sebelum ini terlihat bahwa sosiologi sebagi ilmu sosial memiliki ranah yang luas dan selalu berubah-ubah sesuai kondisi dan perkembagan. Memang dalam kontek sosial kemasyarakan tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan. Oleh sebab itu acuan dalam konteks ilmu sosial akan terus berkembang dinamis.

Dalam kajian sosiologi sebagai ilmu sosial dibedakan dalam beberapa sup, seperti adanya evolusionisme. Pendekatan ini memusatkan telaahnya pada mencari perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masayarakat yang berbeda4. Pada intinya manusia akan mengalami semacam perubahan didasari atau tidak. Dan perubahan ini tidak lepas dari pengruh lingkungan dan kondisi imtek.

Interaksionisme pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada interaksi antar individu dan kelompok. Disini fenomen yang diperhatikan adalah bagaimana orang terlibat dalam sebuah masyarakat merasa perlu memberikan definisi suatu situasi.

Petikan tersebut mencerminkan bahwa penulis menekankan penting individu memiliki pemahan pada kondisi sosialnya. Jelas manusia mesti merasa bahwa diri dalah bagian dari segala aspek ini yang kemudian bisa menepatkan secara ideal dan arif agar tidak terjadi benturan.

BERSAMBUNG





1 H. Zulfi Mubarok, M.Ag. Sosiolagi Agama tafsir Fenomena Multi-Religius Kontemporer hal 3

2 Opcet hal 6

3 Opcet hal, sampul

4 Opcet hal 115

Tidak ada komentar: