Sabtu, 23 Agustus 2008

NARASI SEBUAH PUISI

Tgl 01-02-2008

Madura

Disina aku berdiri dengan segala kesederhanaan

Kopya dan baju takwa cirri khas-Nya

Pesantern pertahan budaya, asahan akhlak

Gotong royong cermin kepedulian-Nya

Abad milinium merubah wajahn Madura

Kini madura berduyun-yun dengan proyek

Pembangun katanya prospek

Pendidikan adalah pioner Madura

Tapi mengapa koropsi itu lahir dari para cendikia

Mereka menyerobot mengeksploitasi segalanya

Hedonisme bukan lagi hal yang tabu

Angka-angka disulap


Agama menjadi diskusi di berbagai seninar

Tapi ………………..

Aaa……..hhhhhhhhh !!!!!!!!!!!!! aku bosan

Kini wajah madura berubah


Dulu surau-surau mengalun ayat-ayat Alquran

Kini kubuk-gubuk merubah wujud

TV jadi orner disetiap sudut

Mengapa begitu cepat berubah


Ritual-ritual kono dianggap ketinggalan zaman

Narkoba extasi menjadi pilihan

Pamphlet-pamflet larangan tak digubris

Madura kini berubah


Mengapa amat jauh berubah, padahal dulu

Mereka taat patuh pada tokoh msarakat “pemerintah”

Tapi merika kini mencibir segala imbawannya

Apakah karna mereka prustasi pada janji-janji

Entahlah


Madura kini kau banyak berubah

Gedung-gedung mencakar, pabrik-pabrik berdiri megah

Investor berdatangan, sementara penduduk melata

Mereka tak punyak banyak pilihan

Apalagi sekedar menolak


Tasbih-tasbih berjatuhan

Sajadah berseliuran di rak-rak tak terpakai

Tuhan tidak membuat kaya “katanya”

Pekerjaan menjajikan masa depan, dari pada sujud

Ijasah

Selembar kertas adalah kehidupan, harganya pun mahal

Angka-ngaka menentukan nasip

Kuyup hujan memasuki perkantoran konon di tempat itu ada pekerjaan

Sikap bukan jaminan kekrabatan mungkin nilai lebih


Harga mahal untuk sebuah masa depan

Prestasi apa yang paling menggugah


Tidak ada komentar: