Kemerdekaan yang kita terima merupakan “warisan” krangka yang masih kusut dan penuh lipatan-lipatan kerakusan oleh penguasa. Memang secara fisiki kita tidak dijajah oleh bangsa asing. Akan tetapi kebijakan yang diterapkan cenderung megedepankan kepentingan para spikulan. Bukan hanya itu saja sikap para wakil-wakil rakyat yang masih rakus sehingga tidak lebihnya seperti penjajah yang menjajah bangsa sendiri.
Memang penjajah dinegri sendiri tidak berbenturan secara fisik. Bahkan lebih luwes mereka sejalan dengan segala program pemerintah. Bukan hanya itu saja mereka juga yang merancang perundang-undang. Maka tidak heran jika setiap perundangan-undangan yang dihasilkan lebih mengedepankan kepentingan kalangan”kelompok”.
Setelah mereka berhasil menguasi setiap rancangan peraturan-tidak puas hanya pada itu saja. Mereka melakukan pemgelapan “korupsi” dan perilaku yang semestinya terjadi.
Kemerdakaan yang kita rasakan masih terasa gamang. Rakyat sebagai pemegang tertinggi hanyalah simbolisasi saja. Peraktek kebijakan yang dijalankan tidak ada keperpihakan bagi kaum miskin.
Maka tidak heran jika kebanyakan masyarakat indonesia, terutapa yang hidup di daerah pengiran tidak memahami apa arti kemerdekaan. Dan kebanyakan diantara mereka tidak tau hari ulang tahun kemerdekaan itu. bagi mereka dari pada memperingati hari yang disakralkan lebih baik mencari sesuap nasi untuk dimakan dan menghidupi keluarga.
Seharusnya sebagai bangsa yang memiliki kemerdekaan masalah pendidkan betulbetul diperhatikan. Tapi nyatanya manat UUD (Undang-undang Dasar) APBN (Angran Pendapan Belanja Negara)sekurang-kurangnya 20 % untuk anggaran pendidikan masih jau dari kenyataan.
Banyaknya anak jalan yang menjadi peminta-minta “mengemis dinegri sendiri” seharusnya hal itu tidak terjadi. Kenapa negri yang hijau dan subur ini tidak bisa menghidupi rakyatnya sendiri. Hal ini merupakan kesalahan yang didalngi oleh peminpin yang hanya mementingkan perut sendiri.
Pembalakan liar. Korupsi. Penyelundupan hampir terjadi setiap hari. Sehingga seper seperyti syair lagu “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin” pemerataan hidup terasa sulit diwujudkan di negri yang masih patriarki. Pemerataan hanya bisa dicapai dalam mimpi dan angan saja.
Lemahnya sistem peradilan menjadikan para tikus-tikus negara tidak jera dimanfaatkan oleh para koruptor. Setiap trindakan pengelapan uangnera tidak tanggung-tangung triliunan rupiah. Hukumannya hanya berapa bulan saja/tahun.
Sementara kasus pencuri ayam di kampung yang harganya 15 ribu dihukum berbulan bulan bahkan tahunan. Dan tidak jarang mereka disiksa. Sementara para korporat negara mereka berleha-legha dalam tahanan.
Keterpurukan bangsa ini karna perilaku peminpinnya yang tidak becus. Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi/kelompok saja. Sementara amanah sebagai seorang peminpin sebuah jempolam saja. Sampai kapan bangsa ini terlepas dari kepiadapan para peminpin penguasa.
Kalau dulu malaysia banyak belajar dari indonesia. Sekarang sebaliknya. Kini indonesia jau tertinggal oleh Negri Jiran itu. kenapa bisa terjadi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar