Sabtu, 31 Januari 2009

PREDEN RI SBY DI SAMBUT DENGAN DEMO

Sebuah Kisah Dalam Kolom Kecil

27 Januari 2009, terlihat sekumpulan orang nampak tengah melepas baju di jalan tepatnya di ITN Malang salah satu perguruan tinggi. Beberapa spanduk dan poster bertuliskan “cabut pengesahan UU BHP” mereka pengang. Segerombolan yang bernamakan aliansi Anak Gempur, mereka tengah malakukan aksi penolakn terhadap UU BHP (Badan Hukum Pendidikan). Menurut pandangan merekajika UU BHP tetap dilaksanankan dan diberlakukan akan semakin membuat kesenjangan dalam dunia pendidikan.
Beberapa polisi berderet menghalau mereka. Ada dua anjing yang juga disiagakan pada waktu itu. Polisi yang berderet mereka saling memegang sabuk tampar. Sabuk tampar itu mereka pengang eret-erat. “pak izinkan kami menemui bapak Presiden yang terhormat, kami juga rakyat yang memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi, maka jangan halangi kami” namun betapun permohonan mereka tetap tidak dikabulkan.
Pada hari itu serangkaian aksi digelar, karna pada hari itu juga Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono (SBY) tengah melakukan kunjungan kemalang. Serangkaian kunjungan diantaranya akan ke UB (Universitas brawijaya) Malang, dan Universitas Isalam Negri (UIN) Malang. Dari pukul 09 -11.30 kunjunagn Presiden berlangsung di UB. Pukul 12.30-16.00 SBY akan menuju ke UIN.
Serangkaian aksi disebar di beberapa titik diantanya di JL. Jembatan Sukarno Hatta, dan ITN, di ITN sendiri dibagi menjadi beberapa titik depan pom bensin dan depan masjid samping ITN. Aksi dilakukan berkisar dari pukul 08-12.15. serangkaian aksi itu dilakukan sebagai pernyataan sikap, menolak terhadap UU BHP.
Pukul 09.00 kumpulan mahasiswa yang menamakan diri anak gempur kemabali merangsek menerobos pertahan kepolisian. Namun apa yang dilakukan mereka gagal, kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan kepolisian. Aksi yang menamakn diri anak gempur terdiri dari berbagai perguruan tinggi UB, UIN dan ITN sendiri, gempur merupakan gerakan yang dikomandoi oleh GMNI (gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Dari awal dimuainya aksi GEMPUR/GMNI mendapat pengawalanketan dari pihak kepolisian.
Sekitar tiga-empat jam aksi dilakukan tepat di depan kampus ITN. Pukul 11.15 anak GEMPUR menarik mundur pasukan mereka. Meraka menyadari bahwa mereka tidak mungkin bisa menerobos pertahanan kepolisian yang berlapis-lapis. “ayo mundur, tapi ingat pak kami mundur bukan berarti menyerah, sampai darah penghabisan kami akan tetap memperjuangkan aspirasi masyarak indonisia yang didhelimi oleh para pemimpinnya. Kami akan datang dengan masa yang lebih besar dari sekarang, ingat itu pak”.
Sementara di depan pom bensin sendiri anak HMI juga menggelar aksi yang sama, namun mereka tidak mendapat pengawalan ketat diri kepolisian, mereja hanya dijaga oleh 5-6 polisi. Mereka juga menuntut agar pengeahan UU BHP di cabut, karna hanya akan semakin membuat masyarakat terbebani dengan kebijakan BHP tersebut. Menurut mereka UU BHP menyalahi UU dan Konstitusi negara, dimana negara menjamin dan mencerdaskan bangsanya. Sementara BHP sendiri pemerintah lepas tangan membiarakan pengelolaan kepada lempa/ perguruan tinggi yang bersangkutan.

CERITA YANG TERTUNDA

Kisah Singkat Kunjungan SBY di UIN & UB Malang

Pagi itu udara berhembus perlahan, para pejalam kaki sibuk merepaikan pakaian dan rambutnya yang terurai disibak angin. Seorang anak usia SD dengan baju lusuh berjalan menyelusuri keramaian kendaraan. Dia tak sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Dia harus menghidupi diri dan ibunya, dengan meminta-minta di jalan. Tangan kanannya nampak memegang bekas bungkus permen RELAXA. Wajahnya terlihat penuh dengan kotoran hitam. Rambutnya acak tak teratur. Dia selalau mandahkan tangan pada tiap orang yang dijumpainya sepanjang jalan. Orang yang mereasa hiba melihat kondisinya memberikan satu receh (seratus rupiah), ada juga yang acuh, sama sekali tidak menghiraukan keberadaannya. Ya itu adalah potret dari anak negri ini, sekaligus cerminan dari perilaku pemimpin bangsanya. Sementara matahari di ufuk timur masih enggan menyapa mahluknya, biasanya pukul, 07.00 matahri telah jelas menebar sinar keseantero jagat raya, tapi tidak untuk pagi ini, mendung menutupinya, sisa kabut masih terlihat membasahi rumput di jalan.
“kenapa adik mengemis”
“buat makan”
Anak itu menjawab dengan singkat tapi menuh dengan untaian makna. Buat makan, ya demi sesuap nasi dia merelakan harga diri, membuang masa kanak-kanak yang indah. Tak seharusnya seusianya bergelut dengan nasip seperti itu.
“Kenapa adik tidak sekolah”
“tidak punya biaya”
Ya…… Tuhaaaan, kenapa aku tanya itu, sudah jelas di depan mata kepala aku sendiri, dia terpontang panting mngais rezeki hanya untuk makan. Tentu untuk sekolah ia tak punya uang. Lalu bagaimanan nasip dan masa depan anak ini, bukankah pemerintah telah mencanangkan pendidikan gratis, tapi mengapa anak ini harus terlantar di jalanan hanya karna sesuap nasi. Tidak ada yang salah dengan sistem pemerintahan negri ini. Anak ini adalah korban dari keculasanmereka.
Untung mereka hidup di Malang, mereka masih bisa mengais rezeki dari pejalan kaki dsbg. Coba saja anak ini ada di Jogya, mungkin dia akan ditangkap karna telah melanggar UU tentang ketertiban umum. Ya orang miskin semakain tidak memiliki ruang akses yang nyaman, lantaran aparuturnya selalu memihak pada kaum pemudal.
Aku hanya menatap dalam-dalam wajah anak itu. Dia juga menatapku. Dari air mukanya seakan dia berbicara panjang tentang nasip yang ia jalani.
“Ini Adik duduk dulu disi” aku mengajak dia duduk. Kemudian aku membelikan sebungkus nasi yang kebetulan melintas di depan aku. Anak itu duduk di trotoar jalan samping kanan. Di tembok terdapt sebuah tulisan, “Kawasan Bebas PKL” ini adalah deretan sejarah kelam orang yang tak mampu. PKL (Pedagang Kaki Lima) dengan modal yang amat kecil, mereka mencoba mengais hidup di pinggir jalan, akan tetapi mereka juga pada akhirnya menyerah pada kebijakan peneribntah, dengan adanya pelaranagn tersebut.
Orang-orang miskin semakin terbuang, mereka tidak diakui oleh bangsanya sendiri, jangankan pengakuan diberikan kesempatan memanjangkan hidup pun tak ada padanya. Lain dengan orang-orang yang telah mapan mereka dihormati mereka disediakan tempat strategis, semntara orang miskin hanya bisa menatap lata terhadap apa yang mereaka hadapi dan rasakan.
Sementara anak di samping tengah asyik melahap makanan, yang barusan aku beli dari penjajah makanan. Anak ini begitu bersemangatnya makan, aku hanya memperhatikan penuh iba. Aku merasa bangga bisa membelikan makan. Tak terasa air mata tak bisa kubendung. Dengan segera aku hapus, kebetulan saat itu aku membawa Tisu, emang aku tidak terbiasa membawa barang semacam ini. Oh iya aku lupa dak membeli air minum.
“entar dulu adik jangan kemanan-mana tunggu di sini dulu” kemudian aku meninggalkan anak itu untuk sementara, hari itu sungguh membawa kesan yang berarti bagi aku, entah karna apa. Sebentar kemudian aku kembali dengan membawa air.
“kakak baik sekali” kata-katanya begitu tulus menyentuh hati. Tuhan kenapa anak seuisianya harus menanggung nasip seperti ini. Andai saja aku diberi kemampuan lebih aku akan menmpung anak-anak terlantar seprti ini. Tapi aku sendiri juga, masih bergelut dengn segala bebn yang tak juga aku bisa sampai saat ini. Tapi aku merasa bahagia melihat cara dia makan dan segala ketulusannya. Tidak seperti para elit politik yang hanya bisa bisa memoles kata dan janji-janji palsu.
“adik tau siapa presiden indonisia saat ini”
“….ya iyalah… lah kak”
“….Siapa”
“….Bapak Susilo Bambang Yudoyono”
“….Wakilnya”
“….Yjusuf Kalla”
Dengan antusiame dan penuh bangga anak itu menjawap pertanyaan yang aku berikan. Dia sangat mengenal orang nomor satu negri ini. Bahkan saat aku tanya ciri-cirinya pun dia begitu detail memaparkannya. Dengan logat yang khas kekanak-kanakan dia menyebut SBY denagn kepanjangannya tidak dengan panggilan yang kerap diberikan oleh banyak orang dan media dengan menyebut SBY. Begipula saat aku tanya wakilnya. Mungkinkah orang yang dia sebut rasa bangga akan bangga melihatnya, atau malah sebaliknya
Orang kecil (miskin) tidak pernah sedikit pun, untuyktidak mengakui kebesaran para pemimpinannya. Tapi mengapa mereka sering dikesampingkan bahkan terkesan dimarjinalkan. Mereka tidak pernah mendapat akses yang sama, meraka tidak pernah memperoleh keadilan lantaran kemiskinannya.
Pengakuan orang miskin tidak pernah mendapat hati di hati para pemimpinnya. Mungkin meraka atau sekedar berpura-pura lupa, saat mereka belum menjadi pemimpin negri ini, mereka berdalih untuk mengubah nasip mereka lebih baik dari apa yang mereka jalani saat itu. Tapi kenyataannya kini mereka hanya bisa berharap tanpa balas. Kehidupan mendesak danterus menyeret mereka pada keterpurukan. Mereka menjadi korban permaianan pemimpinnya.
Pak SBY itukah potret pemimpin kita.
Mengombal janji dan mengbaikannya
Kenapa harus rakyat kecil yang menjadi tumbal
Tidakkah cukup penderitan yang mereka alami
Mengapa juga mereka harus terusir dari negrinya sendiri
Lantas sebenarnya kesejahteraan apa pada siapa
Kenapa merak tetap berbalur dengan nasip yang tak terperi.
Kenapa mendung pagi ini, belum juga tersingkap, apakah ini merupakan sebuah amsal dari para pemimpin negri ini yang selamanya tidak akan bisa memberikan pencerahan pada mereaka yang miskin. Kehidupan dan penataan kota hanya untuk menyingkirkan orang kecil, alngkah ironi ini dilakukan oleh para pemimpin yang dulu mengumbarjanji kesejahteran pada rakyatnya, tapi apa yang terjadi. Kesejahteraan tidak pernah tercapai penderitn justru seminkin jelas.
Udara yang dulu bersih kini telah ternoda oleh polusi, yang menanggung rakyat keci

FENOMENA POLITIK KAMPUS

Sebuah Refleksi Politik Kampus,
di Kampus Universitas Isalam Negri (UIN) Malang

Pertengahan 2007 saya baru menginjakkan kaki di malang tepatnya Universitas Isalam Negeri (UIN) Malang. Sebelumnya saya buta sama sekali tentang UIN. Bagaiman sejarahnya pun saya tidak tahu, maklum saya hanya seorang anak kampung, yang kebetulan mendapat keberuntungan dari Tuhan, oleh sebab itu saya bisa menegnyam pendidikan di perguruan tinggi di UIN sampai saat sekarang. Kalau ada yang menayakan kenapa saya memilih masuk ke UIN saya tidak bisa menjawab hal itu, itu semua karana ketidak tauan saya tentang perguruan tinggi. Yang ada dalam benak saya saat itu, ”...... yang penting saya bisa kuliah”.
Perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit saya pun tahu tentang kehidupan kampus, itu pun saya ketahui dari teman-teman yang sekamar waktu di asrama Ma’had Al-ali. Mungkin terlalu dini bagi seorang yang masih mengijak dua tahun di kampus, mengomentari hal-hal yang sangat krusia semisal perpolitikan di kampus. Tapi saya coba untuk menepis semua hal yang berbau keraguan itu. Saya akan membicarakan fakta yang saya rasakan dan lihat oleh mata kepala saya.
Bagi saya UIN adalah negara dalam sekala kecil. Dalam sebuah negara tentu ada kepala negara sebagai pemegang kendali, pemengang kendali itu adalag Rektor. Rektor kita gambarkan sebagai kepala negara (peresiden) UIN diwakili oleh Imam (Imam Supra Yogo) Sementara dosen beserta staf yang lain kita gambarkan sebagai MPR/DPR, mahasiswa adalah warganya. Mungin ada yang kurang spendapat dengan penggabaran ini. Tapi tida mengapa sebagai masayarakat yang mengedepan demokrasi saya kira sah-sah saja berbeda pendapat atau presepsi.
Membahas politik kampus tentu tidak bisa lepas dari trenseter atau top leder (Rekto)-nya Imam. Ia adalah cerminan dari setiap sisi yang ada dan berkembang di kampus. Pereturan, dan kebijakannya merupakan karakter yang wakili secara keseluruhan. Ia adalah politik yang ulung. Dia juga dikenal sebagi seoran pelobi yang lihai. Hal itu ia buktikan dengan keberhasilnya dalam memperoleh suntikan dana dari luar IDB Institut Devlopment Bank Sudan.
Popularitas STAIN (sakarng UIN) sempat menjadi perhatian banyak orang. Hal itu dikarnakan keberanian Imam pada kepeminpinan melakukan banyak perombakan, seperti berubahnya nama dan lambang STAIN beberapakali, STAIN pernah menjadi UIIS (Universitas Islam Indonesia Sudan), karana menurut peraturan mentri pendidikan lembaga pendidikan tidak boleh menyandang nama dua negara kemudian dirubah kembali-hingga sekrang menjadi UIN.
Seperti keterangan yang sering ia sampaikan diberbagai podium, bahwa langkah itu ia ambil, adalah sebuah langkah potik untuk menjadi Universitas, dan hal itu ia buktikan dengan keberhasilannya sekarang dari STAIN-UIN. Dalam keterangan yang sama dia mengatakan bahwa untuk menjadi UIN tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada banyak persyaratan, minimal terdiri dari enam Fakultas. Untuk memenuhi prasyat itu ia melakukan beberapa gemrakan dengan membuka beberapa fakultas dan jurusan baru. Tentu langkah itu adalah sebuah keberanian yang sangat, hal itu dapat dilihat dari kapasitas dosen pengajarnya yang minin, saat itu. Tetapi hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk mencapai apa yang ia cita-citakan ya itu memiliki Universitas. Untuk mendukung upaya yang ia cita-citakan dia juga memberikan biasiswa kepada para dosen untuk melanjutkan studi ke S3. Tentu upaya yang dilakukan oleh Imam disambut baik oleh para dosen.
Bergantinya status menjadi Universitas melahirkan sebuah jargon yang sangat akrab dikalangan mahasiswa, salah jargon yang menjadi tinta emas dan sekaligus selokan tersohor ”....mencetak ulamak yang intelek, intelek ualam Ulul Al-bab”. Kretiria-keriteria Ulul Al-bab sendiri digambarkan dalam bentuk pohon (Pohon Ulul Al-bab) pohon Ulul Al-bab yang terdiri dari beberapa unsur (Baca : Panduan Akademik 2007 ).

DOSA TURUNAN
Kalau Imam mampu mempertahankan kursi kedudukannya sebagai rektor hingga tiga priode kepemimpinan, hal itu merupakan sebuah keunikan dan sekaligus langkahnya yang cukup fenomenal dalam jagad kepemimpinan era reformasi saat ini. Pepatah bilang ”buah pohohon tidak jatuh jauh dari pohon itu sendiriu” pepatah itu kiranya cukup untuk menjadi interpretasi terhadap fenomena politik di kampus. Akhir Desember 2008 majelis tertinggi Universitas Islam (UIN) Malang mengadakan kongres istimewa. Kongres tersebut diadakan dalam rangka LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) terhadap MPM (Majelis Permusyawaran Mahasiswa) selaku majelis tertinggi di kampus di UIN.
Acara serupa (Kongres Istimewa) juga pernah digelar oleh MPM pada tanggal 4-6 Juni 2008, pada saat itu acara dilaksanakan di Pasca Sarjana, acara sempat pindah ke Audutorium SAINTEK tepatnya lantai V, acara itu dipindah karana pada hari kedua saat itu ruang pasca akan dipakai oleh anak HMI untuk melaksanakan semenar, sebenarnya tempat itu merupakan kewenanagn MPM, namon setelah melakukan negoisasi antara ketua MPM dan ketua panitia pelaksanan akhirnya acara MPM satu hari saat itu dipindah ke Aula SAINTEK.
Pada pelaksanaan kongres yang pertama September 2008, terjadi pedebatan hebat antara pihak eksekutif dan legeslatif, pada inti persoalan pihak eksekutif tidak siap melakukan LPJ, karna tenggang waktu yang diberikan terlalu singkat. BEM-F dan HMJ juga tidak menyetorkan LPJ, padahal jau sebelumnya panitia Kongres Istimewa talah memberikan informasi tentang semua yang harus dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang ada dibawah MPM ya itu mereka harus melakukan LPJ. Saat HMJ, dan BEM-F dihubungi oleh panitia melalui hanphon saat itu mereka menyatakan kesiapannya, dua hari sebelum pelaksanaan, BEM Universitas melakukan pemboikotan yang intinya HMJ dan BEM-F tidak boleh menyetorkan LPJ.
Tentu pemboikotan yang langsung dimonitori oleh BEM-U mendapat respon dari dua lembaga HMJ dan BEM-F. Karna penyetoran LPJ tidak juga ada pada saat Kongres dilaksanakan, terjadi perdebatan antara fraksi dimana pada waktu itu ada dua fraksi yang dinyatakan syah mengikuti persidangan, ya itu fraksi F-PKDM dan Fraksi Golongan. Menurut mereka kongres tidak dapat dilaksanankan apabila LPJ dari BEM dan HMJ belum ada. Setelah melalui perdebatan yang cukup lama akhirnnya forum menyepakatai ”kongres istimewa, menjadi sidang istimewa” bergantinya nama yang sebelumnya kongres istimewa menjadi sidang isemewa, maka agenda acar pun secara kontan berubah juga, yang semula ada pembacaan LPJ, maka saat peruhan ditiadakan.

POTRET KEPEMINPINAN DI TINGKATAN BEM-U, BEM-F, HMJ DAN OMIK
Terganjalnya pelaksanaan kongres pertama menjadi sidang istimewa sempat menjadi kekhawatiran di kalangan Organisai Intra Kampu (OMIK), mereka khawatir dengan mekanisme pendanaan. Pihak rektorat sendiri tidak bisa mengeluarkan dana kepada mahsiswa lantaran kepemimpinan di BEM-U masih belum ada penggantinya.
Ketidak siapan LPJ BEM-U...... ada beberapa prespektif diantara karna waktu yang diberikn terlampau singkat, persiapan kepeniatian opak tidak memungkinkan diberikan kepada kepemimpinan yang baru, karna dikhawatirkan akan banyak menguras tenaga dan persiapan yang matang dsbg. Secara politis BEM-U termasuk olitisi yang pandai dia bisa memperpanjang masa jabatannya dengan beberapa alasan di atas, berbica mengenai osepek dan persiapannya nyatanya BEM-U juga terkesan mendadak dan terkesan diplitisirAgenda sidang istimewa hanya membahas UU, pembahasaan itu dibagi-bagi menjadi beberapa komisi, komisi A, B, dan C. Setiap komisi memiliki tanggung jawab terhadap peraturan yang ada pada tiap komisi tersebut ya itu mengenai penetapan dan perubahan UU. Setelah pembahsan perkomisi selesai setiap komisi dpersilahkan untuk melakukan presentasi di depan pada tiap-tiap komisi, sempat terjadi perdebatan yang hangat ketika dari tiap-tiap komisi melkukan presentasi ke depan.
Kemudiang dari sidang istimewa menghasilkan beberapa ekomendasi, rekomendasi seagai berikut :
1.Kongres Mahasiswa VI dilaksanakan sebelum pemilu Raya.
2.Kongres Mahaiswa akan dilakukan pada 20-30 Nvember 2008 sebelum Pemilu Raya.
3.Mengintruksikan kepada pihak eksekutif untuk resuffle kepengurusan.
4.Permohonan SK baru kepada Rektorat.
5.Mengeluarkan surat Intruksi kepada HMJ BSA.
6.Mengintruksikan kepada BEM untuk mengawal Surat Keputusan Direktur jendral Pendidikan Tinggi Agama Islam tentang keorganisasian karena dianggap memberatkan mahasiswa.
7.Mengintriksikan kepada BEM untuk melaksanankan rapat pimpinan guna membahas Surat Keputusan Dirjen no : DJ1/254/2007 tentang oreintasi pengenalan akademik (OPAK) PTAI-BAB I Pasal 1, Ayat 5.
8.Merekomandasikan pergantian nama eksekutif tingkat fakultas menjadi gubenur (LGM-Fakultas).
9.Mengintruksikan pada BEN-U untuk mendampingi pembagian dana OMIK dengan membentuk pansus yang terdiri dari perwakilan OMIK.
10.Mengintruksikan kepada pimpinan legeslatif untuk memperbaiki kinerjanya.
POLIMIK OSPEK / OPAK
SesuaI rekomendasi sidang sitimewa bahwa jabatan kepengurusan dilakukan perpanjang. Perpanjangan dilakukan untuk menghindari polimik dan kekhawatiran di kalangan OMIK mengenai pengalokasian dana.
Sesuai hasil rapat yang diadakan oleh kemahasiswan, yang juga dihadiri oleh pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan Bahrudin maka perpanjangan pun berjalan baik, menurutnya pihak kampus tidak bisa mengeluarkan dana apa bila tidak ada SK (Surat Keputusan) baru, karna menurutnya semestinya sekarang telah ada pergantian kepengurusan yang baru, maka untuk memperlancar SK baru itu harus segera dibuat. Ia menambahkan bahwa rektorat tidak akan mempersulit tentang alokasi dana, karana hal itu memang merupakan kewenagan setiap lembaga intar (OMIK).
Tambah pembantu Rektor mengenai persoalan kemarin ada sedikit kendala mengenai mekanisme pencairan ada dana hal itu terganjal oleh belum adanya surat keputusan baru, akan tetapi hal itu talah diantisipasi dengan diberikan pinjaman oleh kemahasiswaan, ”sekali lagi kami tidak bermaksud untuk mempersulit” ungkapnnya.
Roibin selaku kemasiswaan meminta kepada seluruh yang hadir saat itu, jangan mengawatirkan maslah dana, karna menurunya dana itu ada. Hal terpenting menurutnya pihak MPM untuk mengeluarakn surat keputusan dan mengajukan kepada Rektor, hal itu untuk mempercepat persiapan OPAK yang tinggal hitungan hari.
As’ad prisendin BEM-U yang juga hadir pada saat itu memberikan beberapa alasan dan permohonan, tentang molornya kepemimpinannya, menurututnya bukan maksudnya untuk memperpanjang, ”sebenarnya kami siap melakukan LPJ” namun tentang waktu yang diberikan oleh MPM kepadanya tidak memungkinkan.
Mengenai OPAK dia juga menyinggung ”meskipun kepimpinan baru telah selesai saya yakin SK akan tetap molor seperti yang lalu-lalu” oleh sebab itu saya mohon karna ini merukan suatu gawi beser tidak mungkin semerta-merta diserahkan kepada kepengurusan terpilih, untuk menhindari hal itu maka SK perpanjang adalah seutu solusi yang aik, guna menghindari hal yang tidak kita inginkan” unkapnya dalam musyah tersebut.
Secara politik BEM-U sangat main dalam hal ini, meski beberapa alasan telah diuraikan, namun menurut beberapa informasi yang tidak jelas bahwa peranjang jabatan dilakukan karna BEM-U berkeinginan untuk menghendel OPAK, hal itu berkaitan dengan alokasi dana OPAK yang tidak sedikit.
Indikasi itu ternyata memang benar adanya ketaia pelaksanaan opak, panitia yang semestinya dilakukan secara musyawarah hal itu tidak dilakukan, penkonsepan SC-OC langsung ditunjuk oleh presiden sendiri, dan ketua pelaksana juga dari dalam BEM sendiri.
KKN dalam pelaksanaan OPAK bukan menjadi rhasia, UKM yang mestinya ikut andil pada pelaksanaan OPAK, akhirnya menyatakan sikap untuk tidak mendelegasikan karna adanya indikasi peyimpangan. OPAK yang pendanaan tidak sedikit memang terkesan ditutup-tup oleh panitia inti itu sendiri, keuangan /angaran opak tidak transparan.
Panitia lapangan yang rata-rata dari snester III hanya dijadikan alat, dan diperas tenganya sementara ntensif tidak ada. Hal itu sesuai pengakuan dari salah satu panitia OPAK, menurutnya kami tidak tau menau tentang anggaran OPAK kami hanya mlaksanakan tugas itu saja.
PELASANAAN KONGRES VI.
Pelaksanan kongres VI yang mestinya dilaksanakan pada 20-30 Nvember 2008 molor pada pertengahan Desember 2008, kongres dilaksnankan di gedung SC lantai dua. Pra pelaksanaan kongres digelar dialok dengan tema ”Mencari Peminin Ideal Masa Depan” dimana pemateri merupakan mantan-mantan presiden mulai dari tahun 2003-2007. akan tetapi yang ahdir pada saat itu hanya tiga orang. Yang lain sedang berhalangan.
Dari beberapa uaian yang disampaikan oleh para penyaji , pada intinya sama ”bahwa dalam kepemimpinan dibutuhkan keberanian, ketegasan, kebersamaan” jangan pernah takut untuk salah karna pada dasarnya kesalahan akan menuntun kita pada arah yang benar nantinya.
Kongres VI berjalan dengan baik, meski dari beberapa yang hadir sempat menolak LPJ BEM-U, akhirnya setelah foting LPJ itu diterima. Mmang secara kursi diparelemen presiden memliki rekanan partai Paratai Kebangkitan Demokrasi Mahasiswa (PKDM) yang dominan, sejarah penolakan dari tahunketahun selalau ada namaunketika dilakuakn voting semua berjalan baik, karna kursi PKDM, menepati urutan yang terbanyak di Legislatif.
Dominasi PKDM tidak dapat dikalahkan, nagaimana pun keterpurukan delegasi pesidennya mereka akan tetap membela dengan mati-matian. ”kebaikan yang sedikit masanya akan kalah pada kejahatan yang memiliki masa pendukung yang banyak”.
Itulah potret daro politik kampus Universitas Islam Negri (UIN) Malang, yang kini memiliki nama baru Universitas Islam Negri (UIN) Malik Ibrahim Malang.

Selasa, 20 Januari 2009

PENGENALAN SISTEM INFORMASI

Di sini saya akan mencoba untuk mengulas kembali apa yang telah saya dapat dalam mata kuliah MTI (Manajemen Teknologi Informasi). Pertama untuk memudahkan pemahaman kita, maka kita harus memahami apa itu sistem informasi. Menurut beberapa ahli, seperti yang saya dapat di bangku kuliyah, ada banyak tokoh yang mendifinisikan system informasi itu sendiri antara lain sebagai berikut :
Definisi informasi menurut Gordon B. Davis, Informasi adalah data yang telahdiolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata berupa nilai yang dapat di pahami di dalam keputusan sekarang maupun masa depan
Definisi menurut Barry E. Cushing, Informasi adalah sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang di organisasi dan berguna kepada orang yang menerimanya.
Definisi menurut Robert N. Anthony dan John Dearden, Inaformasi merupakan suatu kenyataan, item yang menambah pengetahuan penggunannya
Dari bebearapa definisi maka dapat kita simpulkan sebagai berikut : adalah sebuah rekontruksi dari realitas yang memiliki nilai, dimana nilai tersebut bermanfaat bagi yang membacanya atau menerimanya.
Setelah kita paham apa itu informasi maka kita, akan membahas pada bahsan selanjutnya yaitu pemerosesan data. Perlu ditekankan di sini informasi dapat dikontruksi karma adanya realitas, realitas tersebut selanjutnya disebut data, adari data itulah kemudian menghasilkan informasi. Dalam penyampaian materi bapak Novi Dian mencohkan pada papan (plang) di jalan. Sebagai gambaran dapat dibuat sebuah sekema sebagi berikut







Dari sekema di atas kita dapat melihat bahwa informasi merupkan rekontruksi dari realitas (data). Mengapa data itu harus diperoses, karna data belum bisa di mengerti. Data itu sendiri banyak jenis dan bergam, ada data yang berbentuk teks, suara, gambar, sinyal dll. k
Kemudian dari data itu kita dapat memperoses menjadi sebuah infor masi yang bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Tentu dalam pemerosesan itu sendiri harus diambil sebuah keputasan yang arif, karna informasi yang salah akan memberikan dampak yang salah. Oleh karena itu dalam pemerosesan data dan penyampaia informasi dibutuhkan penanggungjawab.
Untuk lebih pahamnya kita bisa lihat contoh sebagai berikut:
contoh tulisan “Hati-Hati Banyak Anak Kecil” akan tidak berarti jika di pasang di tengah sawah, tapi akan sangat berguna jika dipasang di pinggir jalan perkampungan padat penduduk.
Pengolahan data menjadi informasi dapat digambarkan sebagi siklus yang berkesinambungan sebagai berikut:

Secara sederhana data diolah menjadi informasi dan pada tahapan selanjutnya informasi menghasilkan tindakan dimana hasil tindakan dapat menghasilkan informasi yang lebih detail, yang diperuntukkan bagi orang lain. Tingkatan manajemen yang lebih tinggi maka hasil tindakan itu akan diproses lagi sebagai data. Untuk mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, maka manajemen membutuhkan informasi yang berguna. Untuk tiap-tiap tingkatan manajemen dengan kegiatan yang berbeda beda, dibutuhkan informasi dengan karakteristik yang berbeda-beda pula.
Demikian penjelasan singkat ini saya akhiri, semoga bermanfaat.
Malang 19/01/2009



penulis

MENUJU IMPIAN GEMILANG DALAM PERESFEKTIF AL-QURAN

MENUJU IMPIAN GEMILANG
DALAM PERESFEKTIF AL-QURAN
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali bila kaum yang bersangkutan berusaha mengubah sendiri keadaannya (Qs. Ar-Ra’du : 11).
Saudaraku ....
Tabir telah tersingkap dan rahasia telah terungkap ini sungguh nyata dan begitu dekat, lebih dekat dari bayang-banyag khayalan. kalian direndahkan! malam-malam masa muda telah kalian sia-siakan dalam teriakan kegembiraa. ini benar-benar nayata.
Saudaraku seiman dan sekeyakinan. Saat nyalah kita membuka tabir kebekuan yang selama ini kita anggab tabu, kalau selama ini kita selalu berpangku tangan dan pasrah terhadap nasip dan takdir, maka kenapa kita tidak coba untuk mengubah takdir itu. Bukankan Tuhan sendiri telah memberikan kewenangan-Nya kepada kita, lalu untuk apa kita selalu apatis dan menganggap, apa yang kita jalani adalah semata-mata takdir-Nya, apakah itu dibenarkan menurut agama ? apakah agama (Tuhan ) kita sekejam itu ?.

Saudaraku sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, itu semua adalah kemauan kita, dan kesalahan kita dalam menempatkan posisi kita. Lantas kenapa kita sering cepat memberikan kesimpulan bahwa apa yang terjadi terhadap kita (baik dan buruk) adalah kehendak Tuhan. Semudah itukah kita menyimpulkan persoalan kita, dengan melemparkan segala kewenagan kita dengan bahwa Tuhanlah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada kita.
Kalau kita mencermati dengan teliti dan melakukan telaah secara mendalam ayat di atas saya kita saudara dapat memberikan sebuah simpulan tersendiri. Lantasa masihkah kita mengantungkan segala eksistensi kita kepa-Nya. Tidak salah jika Max dan Freud menganggab bahwa (orang yang meyakini keberadaan Tuhan) manusia itu gila, berada dalam kegilaan. Jika kita tetap mengantungkan apa yang kita lakukan itu semata-mata karna tuhan maka kita telah masuk dalam kata gori yang dikatan oleh Freud tersebut.

Ayat tersebut secara tegas memberikan ruag dan eksistensi manusia bagi manusia sendiri. Siapa yang tidak ingin hidupnya lebih baik, tentu setiap manusia normal menginginkan hal itu. Begtu juga saya, memiliki keinginan untuk hidup lebih baik. Saya hidup dan dibesarakan di kalangan keluarga yang serba berkekurangan. Bukan maksudnya saya untuk mengingkari nikmat Tuhan yang telah diberikan pada saya dan juga keluarga. Setidaknya meski saya hidup dalam keluarga yang sedrhana, saya bersyukur dengan segala yang telah Allah berikan pada saya juga keluarga, karna sampai saat ini saya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bisa mengenyam pendidikan sampai ke perguran tinggi, ini merupakan nikmat Tuhan yang tiadatara bagi saya.
Saya mengatakan demikian, karna orang-orang yang memiliki kemampupuan secara finansial mereka tidak melanjutkan pendidikan anaknya sampai kejenjang yang lebih baik/sampai pada tataran perguruan tinggi. Entah kenapa ?, kalau saya cermati diantara teman-teman saya mereka seperti terbelenggu dengan sebuah sistem dan teradisi yang lebih kuat dan mengakar, yang ada di masyarakat itu sendiri. Sebenarnya mereka memilki keinginan seperti halnya saya ”melanjutkan keperguruan tinggi/ sekedar menyelesaikan sampai SMA. Alih-alih keterbelakangan para orang tua menjadikan mereka pesimistis.
Apala lagi ada sebuah selongan ”taat pada orang tua, adalah serminan anak yang baik, percuma melanjutkan (menuntut ilmu sampai jauh tapi tidak, dijalankan) sampai keperguruan tinggi, th nantinya hanya menjadi kuli biasa”. Secara garis besar teman-teman saya yang putus sekolah ”karna taat pada orang tua” takut kena laknat jika mengkal tidak patuh pada orang tua. Kedua karna mereka pesimis terhadap masa depan mereka, karna seperti apapun tingkat pendidikan yang diperoleh tidak bisa menjamin akan masa depannya, untuk lebih baik.
Jika alsan pertama tidaka melanjutkan sekolah ”pendidikan” karna ketaan atan mereka pada orang tua, hal itu dibenarkan oleh sistem dan kebiasaan yang berlaku, apakah hal itu dibenarkan ?. ada dua permasalahan yang sebenarnya perlu diluruskan disini, yaitu antara ketaan dan anggapan baik masayarakat terhadap anak itu sendiri. Taat bukan berarti selalu menuruti keinginan orang tua, karna bagai amanapun orang tua itu manusia biasa,mereka juga bisa salah, nabi saja pernah salah, apalagi orang tua kita tentu mereka juga bisa salah. Ketika mereka salah apakah kita memilki kewajiban untuk mentaati mereka. Apakah dalam agama ada anjuran taat secara buta.
Jika para orang tua beranggapan anaknya selalu enggeh dewo taat dan tidak pernah membantah ” adalah seutu kebanggaan ”baik” apakah itu juga benar dan dibenarkan. Mungkin dari kaca mata orang tua hal itu baik dan menjadi kebaggaan tersendiri bagi mereka. Pertanyaan sekarang apakah orang tua meresa bangga melihat anaknya tergilas oleh pradaban zaman. Ketaan mereka bukan jaminan kebaikan terhadap mereka. Baik untuk saat itu belum tentu untuk sekarang dan yang akan datang.
Disini dibutukan kesadran dari berbagai pihak baik itu dari para orang tua itu sendiri, lebih-lebih anak sebagai generasi penerus. Para orang tua harus lebih terbuka terhadap segala perkembangan. Begitupun seorang anak harus selelu peka melihat kondisi sosial yang semakain hari dipenuhi berbgai tantangan. Teradisi itu penting akan tetapi teradisi yang tidak berlandasa pada pendidikan juga perlu diwas padai.
Jika alasan kedua seorang anak pesimis untik melanjutkan pendidikan kejengjang SMA-PT (Perguruan Tinggi) karna tida ada jaminan kesuksesan di masa depan hal itu juga perlu diluruskan. Sukses bukan diukur dengan dia bisa menjadi pejabat /memperoleh posisi tertuntu. Sukses itu juga bukan diukur dengan dia mendapat pekerjaan dam memiliki gaji besar, sukses itu adalah ketia dia bisa menemptakan posisinya secara baik dan proporsional. Sukses itu ada dalam bingkai hati, sukses itu adalah jika dia merasa bahagia menjalani hidupnya, tenang, tentu hal itu tidak bisa diperoleh dengan materi dan limpahan harta. Hal itu bisa dicapai dengan kesadaran dan jejang pendidikan yang matang.
”Tuttutlah ilmu walau sampai kenigri cina” Al-hadits
Himbawan itu dilontarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dia adalah ummat pilihan bapak dari segala bapak di muka bumi. Tentu banyak alasan mengapa Nabi melontarkan perkataan itu. Saya tidak akan mengulas secara detai; tentang eksistensi dan latar belakang munculnya hadits tersebut, tapi mari kita renungkan bersama dan dijadikan sebagai referensi bagi kita dan masa sepan generasi kita, agar jangan pesimis menatap pasa depan.
Kalau kita kaitkan anggapan orang tua ”tidak perlu menuntut ilmu jauh jauh-sampai keperguruan tinggi” maka himbawan itu termentahkan dengan sendirinya. Lantas bagai mana seorang anak menangkap dan mengafirmasi intruksi Nabi tersebut ?. Kutipan (Qs. Ar-Ra’du : 11) saya kira amat jelas,Tuhan memberikan seluas-luasnya pada manusia itu sendiri untuk menetukan nasipnya.
Detik-Detik Menjelang Uan.
Pada saat itu aku dan juga teman-teman yang lain tengah sibuk mengikuti peralajan tamban BIMSUS (Bimbingan Khusus). BIMSUS adalah salah satu progran sekolah menjelang UAN (Ujian Akhir Negara). BIMSUS sendiri dikonsentraskan pada tiga mata pelajaran khusus sesuai jurusn masing-masing, untu IPS yang wajib yang masuk BIMSUS Pelajaran Bahasa Indonisia, Bahasa Ingris, dan Ekonomi. Pelajaran yang tidak masuk UAN jam pelajarannya dikurangi, yang biasanya tiga jam-menjadi dua jam.
Kegiatan BIMSUS sendiri dilaksanakan pada jam dua siang samapai jam empat 15 menit sore hari. BIMSUS diwajibkan bagi seluruh siswa/i, dan jika tiga hari absen secara berturut-turut maka akan dipanggil oleh BP, dan telat masuk maksimal 15 menit. BP adalah badan pengawas yang bertugas secara khusus dalam bidang konseling dan permasalahan-permasalahan siswa/i. Tak jarang setiap hari pasti ada yang dipanggil kekantor BP.
Aku sendiri bersukur karna tidak pernah telat, karna tempat tinggalku saat itu dekat dengan tempat sekolah, hal itu menjadi keberuntunganku karna semenjak aku kelas XII aku tinggal di rumah guru kompeterku. Sebelum itu aku tinggal di Musollah sekolah dengan teman-teman yang lain, waktu itu yang tinggal di Musollah sekitar nam-delapan orang anak, rata-rata yang tinggal di tempat itu adalah orang yang kurang mampu sepereti hal-nya aku. Waktu itu aku juga teman-teman yang lain ikut membantu di rumah guru komputer pak Didit, pak Didit adalah Guru komputer baru di MAN Sumenep, belum sampai stu tahunan mengajraj di MAN, perta aku juga teman-teman yang lain bolak balik dari rumah pak Didit, malamnya terkadang tidur di konternya, dan subuh-subuh kita segera bergegas solat di Masjid, ebetulan rumah pak didik dekat dengan Masjid sekitar 20 m dari depan rumahnya, selesai solat aku dan juga teman yang lain bersisp-siap pulang ke Musollah dan berangkat sekolah, sehabis pulang dari sekolah sekitar jam 13.15 kita pun balik ke untuk menunggui rental di pak Didik. Kurang lebih 3-5 bulan aku bersama dengan teman ada di rumah pak Didik menunggui Rental yang baru dirintisnya, setelah itu aku tidak algi di sana. Aku diminta oleh Guru komputer senior Azam Prayitno untuk menunggui rental yang sama, tepatnya di jl pahlawan di pangarangan.
Sebenarnya pak didik dan dan azm adalah patner dalam merintis rental dan penjualan komputer, karna ketidak cocokan akhirnya mereka memisahkan diri, dengan mendirikan konnter lain, konter yang dijalankan pakdidik tetap berjalan, dan pak azam merintis ulang dari awal, sesuai dengan pengakuan yang diceritakan oleh pak azam, sebanarnya konter dan rental penjualan koputer yang dijalan oleh pakdidik adalah sebuah usaha bersama, karna pak azam sering dirugikan (saat menjual komputer kekonsumen pak didik tidak jujur) akhirnya dia memutuskan untuk merintis usaha lain.
Maka jangan salah Tuhan jika kehidupan mereka tetap setagnan dan tidak ada perubahan, itu semua karna faktor manusia itu sendiri. Manusia cenderung malas dan tidak memiliki orentasi secara jelas dan pasti, mereka berada dalam kebingungan yang tak tara.
Jika alasan kita tidak melanjutkan pendidikan karna faktor ekonomi, saya kira itu bukan alsan, saya orang miskin dikampung saya. Tapi saya memiliki kemauan kuat. Saya ingat pada perkataan guru saya waktu SMA ”rejeki kalian telah ada yang mengatur, dan jangan sekali-kali kalian menakar, hawatir terhadapnya, jika rezjiki kalian ada di sini satu cangkir ke manapun ya tetap yang satu cangkir itu” himbawan itu disampaikan oleh wakil kepala sekolah pada tahun 2006 saat menjelang ujian nasional UAN.
Tidak biasanya wakil kepala sekolah masuk kela IPS. Akan tetapi pada saat itu beliaunya memang sengaja meluangkankan waktu untk memarani setiap kelas. Tentu saja teman-teman pada saat itu merasa terkejut bercampur kawir takut ada apa-apa. Akan tetapi setelah teman-teman mengetahui maksud dan tujuan dari beliaunya maka anak-anak hanya mangut-mangut saja. Salah satu teman saya, tepat di depan bangku duduk saya membenarkan apa yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah. ”memang benar perkataan wakil kepala sekolah tadi” ungkap teman saya pada saya juga teman-teman yang di kelas saat itu. Teman teman yang yang lain tidak mengomentari, mereka hanya terdiam saja. Terlihat di raut wajah mereka ada semacam kegalauwan yang begitu mendalam. Mereka dihadapkan pada sebuah persoalan untu ukuran anak SMA amat berat. Satu sisi mereka akan segera mengahadi UJAIN akhir Uan dan dengan begi mereka akan melepas setatusnya dari pelajar menjadi penganggguran. Ya pengangguran itu adalah hal yang nyata, untuk lulusan SMA dan yang setingkat. Untuk meneruskan kuliah mereka dihadapkan pada persoalan ekonomi. Bagi yang berkecukan hal itu tidak menjadi persoalan. Akan tetapi bagi mereka dan juga oranf seperti saya meneruskan adalah sebuah mimpi yang sualit untuk dicapai.
Sejenak ruangan kelas menjadi hening dan sepi. Teman-teman terlihat hanya mengotak atik buku, sebagian terlihat memukul-mukulkan pensilnya pada kepala mereka, mereka seperti memotar otak, menjoba hendak keluar dari himpitan persoalan. Akan tetapi tetap saja mereka pada akhirnya berhenti pada titik kejenuhan.
Apa yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah, begitu melekat di otak dan fikiranku, aku berfikir untuk bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi bagaimanapun itu caranya. Entah kenapa aku begitu antusias dengan keinginan dan cita-citaku ”melanjutkan kuliah”. Tetapi aku juga sempat mender dengan keadaan dan kondisi keluarga. Aku juga sempat pesimis dengan harapan aku sendiri.
Hari-hari menjelang ujian Nasional fikiranku kacau tak karuan, aku tidak pernah mencemaskan aku lulus atau tidak, yang ada dalam benak aku saat itu, bisakah nantinya aku melanjutkan ke perguruan tinggi, pertanyaan semacam itu terus beruntun dalan fikiran aku.
Pada satu kesempatan aku coba untuk mengutaran keinginanku untuk terus melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sontan asaja orang tua sempat mengeluh, ”kamu lihat sendiri keadaan ayah dan ibu ini, hanya kuli tani saja, aku tidak melarang kamu kuliah, tapi dari mana nanti dapat biaya” Aku jadi serba salah, pada satu sisi aku ingin kuliah, disisi yang lain aku juga tak tega melihat keadaan orang tua, aku hanya menarik nafas dalam.
”bu aku tidak minta apa-apa dari, aku hanya ingin kuliah, aku tidak butuh warisan harta, bila nantinya aku dibagikan harta, dan ahrta itu bernilai 10 juta atau lebih, aku ingin hal itu menjadi biaya untuk kuliah”
” nak kita punya apa, jual tanah itu tidak akan cukup” terlihat mata ibu sembab beraimata.
Aku hanya diam ”Tuhan maafkanlah aku, bukan maksudku untuk menambah beban orang tuaku”, bisik dalam hatiku pilu.
Hari-hari aku melamun, pikiranku kacau, aku merasa serba salah dengan keadaan dan kondisi keluarga yang memang itu adanya.
Keberadaan keluarga yang tergolong amat sedrhanan ”miskin” sempat menjadi bahan gunjingan oleh para tetangga. Bukan itu saja, saya dan orang keluarga ”orangtua” sering mendapat cibiran, mereka lakukan itu karna mereka menganggap apa yang saya lakukan itu terlalu berlebihan. Bagi mereka orang miskin seperti saya tidak selayaknya ngoyo-ngoyo menepuh jenjang pendidikan sampai ke perguruan tinggi.
Akan tetapi berkat ketebahan dan keinginan saya juga kedua orang tua akhirnya, semua cibiran dan gunjingan saya dan juga keluarga, dianggap itu semua tidak ada.
Maklum dari beberapa teman-teman saya yang melanjutkan hingga SMA bisa dihitung denga jari. Di desa saya kesadaran berpendidikan amat rendah. Wajar jika saya dari keluarga yang tidak mampu menjadi bahan sorotan bagi keluarga / tetangga yang lebih mampu. Lebih parah lagi mereka menilai bahwa melanjutkan setudi diukur dengan sebuah pekerjaan. Memang ha itu tidak tabi baikdi lingkungan saya juga dilingkungan lain.
Akan tetapi saya telah